25 Desember 2011

Saya Dan Malam Minggu

Sekarang malam minggu, dimana semua orang memuja dan mengagungkannya. Seperti memaksa bahwa disetiap malam minggu itu harus spesial. Hahha, kasihan memang kalo kesannya harus dipaksa. Ya kayak saya ini, orang yang menghabiskan malam minggunya berinrovert di dalam rumah, tapi tentu nda' akan ramai tanpa teman2 member rumah saya ini, yang kayaknya rajin datang dengan niat mengisi tangki perut. Menyinggung tentang kata 'introvert', seperti salah ya... kan ada teman saya yang temani.

Ohh iya, inilah malam minggu yang sangat dipaksakan.. dipaksa supaya menyenangkan, padahal otak dan hati sudah panas mendidih karena rasa kesal. Yoetss, kesal yang biasa, yang umum lah... banyak kejadian begini dan pasti sudah basi di kalangan anak remaja, yaitu berkelahi dengan orang tua. Ya nda' tonjok2an ato tendang2an pastinya, nah itu sudah menjadi kekerasan dalam rumah tangga. Hmm, wajar kayaknya kalau orang tua saya marah... nilai rapor jelek, main dengan teman sampe malam...... ehh, itu saja kayaknya... dan lagian main sama teman sampe malam itu saya anggap larangan konyol kekanak-kanakan yang ditakdirkan jatuh kepada saya. Larangan yang sebenarnya dulu tidak ada itu menjadi ada karena kesalahan kecil. Gara2 saya, saya yang lupa mengunci pintu rumah. Saya dimarah-marahi waktu subuh. Ibu melotot, sedangkan saya yang stengah teler mencoba untuk terlihat memperhatikan dan menikmati amarah (bahasa sopannya 'pengertian'). Hmm, sepertinya waktu itu si mamak saya marah besar.... kau tahu gunung fuji, besar kan... tapi tidak sebesar itu, dan kau tahu Pluto si mantan planet, yak... sebesar itu, sebesar itu marahnya padaku. Ya walau besar2 gitu juga rasa kekebalan saya makin terlatih lahh Insya Allah. Pernah juga yang sebesar merkurius, atau juga mungkin saya nda' sadar pernah ada yang sebesar matahari, tapi untuk apa diingat... nanti malah dendam, ya Allah manusia genis apa yang sedurhaka itu. 

Em... marah mengenai rapor, itu marah yang wajar sekali sekali sekali. Nilai fisika saya 52, sedangkan KKM-nya 75 atau 76 itu (lupa)... gwahahha, what a stupid human like this, 52, bwahahha... siapa coba' orang tua yang nda' nyesal lahirin anak yang punya nilai pelajaran sekolah kayak gini, siapa coba', siapa.... sampe saya harap punya title anak pungut dalam kardus mengambang di got dangkal itu jadi pilihan terbaik untuk menghindari rasa ketidakenakan saya terhadap kekecewaan orang tua saya. Ada juga nilai merah yang lain, ya walau saya sempat mikir kalau ada sesuatu yang janggal dan tidak fair saat sudah membandingkan dengan rapor teman saya yang lainnya. Ya, bisa dibilang ini cuma rapor sementara, kami diberi waktu selanjutnya untuk mengurus nilai yang merah sama guru2 yang bersangkutan. Tapi itu bukan morfin, bukan penenang, bukan apapun yang membuat kita berfikir positif dan sok2 beroptimis ria sambil mengoceh kata2 santai penuh hikmat dan bijak dalam otak sendiri. Alhasil yang namanya rapor sementara itu sama dengan kualitas otak sementara selama proses pembelajaran satu semester ini, dan tentunya yang dapat nilai hina itu harus pula bisa betah sama hina2an dan ocehan penuh kata2 mutiara dari orang tua nanti. Tunggu sampai mereka merubah ekspresi, mata terbelalak, alis naik tingkat, gigi taring tumbuh perlahan, suara parau bas bas mezosopran (ngasal), dan tiba2 melengking sambil memakai kombinasi perubahan mimik dan gestur yang sudah saya sebut tadi. Mereka bisa berkata sesuka hati dan memakai ekspresi apapun sebebas sendi putar, sedangkan kita.... harus pasang muka cemberut atau minimal straight face lah.. kalau senyum, kita bisa dikira anak psikopat yang bergairah dan menikmati setiap tutur kata amarah dan luapan emosi orang lain, dan terakhirnya pas orang tua tidur kita malah membunuh mereka pake gunting kuku. Arghh, menghayal bukan lah waktu yang tepat untuk saat ini.

Kembali ke kita di posisi pemarahan, telinga terasa lebih baik menikmati radiasi handphone sambil ngobrol sama pacar khayalan (saya nda' punya pacar) sampe telinga keluar darah daripada menikmati (menyerap) amarah2 yang di semprot2 orang tua tanpa rasa pri-ke-anak-an. Hati kegilas, hati keserempet, hati kecincang-cincang, semua dahh. Apalagi sampai mereka ngungkit kesalahan kita di masa lalu yang sebenarnya gak ada hubungannya sama sekali dalam dekade ini. Ada lah yang waktu nginap di rumah sepupu lupa bawa handuk sama sikat gigi, ada yang waktu saya bungkus nutri jell pake' tisu, ada juga' yang lupa bawa kolor ama plastik pas selesai renang, sampai ada juga' yang waktu saya berak celana dalam WC (pembodohan).

Arghh... ingin rasanya kembali ke masa lalu dan memperbaiki hal2 tersebut supaya punya masa lalu yang indah tanpa cekaman. Tapi mau diapa, kita bukan anak berkaca mata cengeng yang beruntung dihantuin sama Doraemon penuh keajaiban. Fujiko F. Fujio dulu juga' pasti dimarahin sama emaknya karena di kepalanya khayalan semua.

Jujur, saya lagi marah sambil ngetik ini semua..... ahh, bohong kok, saya sudah baekan daritadi. Apa ya, di kepala saya itu kok selalu kebayang pertanyaan2 yang gak bisa dijawab. Kenapa ya orang tua lebih memilih egonya di kondisi yang emosional dibandingkan pengertian dan simpatinya terhadap anak hasil sperma dan ovum mereka sendiri. Mereka marah2 seolah-olah kita sengaja dapat nilai jelek, di sekolah gambar tai bentuk krim ice cream sambil ketawa2 mata melotot teriak2 "saya bodoh saya bodoh!!! bwahhaha!!!". Ironis, takdir anak sinting yang sebenarnya cuma bersinting-sintingan dalam khayalannya. Saya sumpah kecewa amat, liat nilai sendiri anjlok kayak babi terbang obesitas jatuh ke dasar jurang nan hitam pekat. Pengen rasanya robek2 tuh kertas, baru bakar jadiin api unggun sambil dikelilingin lari2 kecil kayak orang indian, iya, pengennya begitu... pengennya!!! Tapi apa yang saya mau kasih ke orang tua pas dia nanya' "mana rapormu?!!" (tanda serunya lebih banyak dari tanda tanya'nya) nah saya kayak orang bego' penuh suara jangkrik kemudian bilang "saya sudah bakar untuk keperluan example proses pembuatan api unggun darurat untuk anak2 pramuka ingusan di sekolah, bu'". Brrr, itu ide ter-brilliant dari yang ter-brilliant2 yang pernah saya fikir. Tentu saya harap jawaban orang tua lebih brilliant lagi, misalnya "bodoh, rapormu itu tak cukup untuk membuat api unggun yang spektakuler, bakar pula ulangan2mu yang lain", atau "nilaimu jelek ya, kenapa tidak dirimu saja yang kau bakar...". Hohho, bakar saya lah kalau begitu, kerasa saya manusia paling beruntung* di muka bumi, di anus bumi malahan. Buruknya, sepertinya tidak ada orang atau tepatnya 'teman' yang bisa di ajak bersosialisasi. Ya , bersosialisasi, bukan curhat. Tidak ada satupun, mereka semua sudah larut dengan kebahagiaan malam minggu mereka masing2, mereka sudah tidur sambil tersenyum, mimpi indah ala bollywood atau kerajaan langit dan cerita dongeng semacamnya. Sedangkan saya, mimpi buruk dalam keadaan sadar. Hahha, bukannya mau membandingkan, tapi sebenarnya saya ini anak edan paling beruntung sejagat raya lho. Mana ada coba' orang tua yang seprihatin kayak orang tua saya, yang peduli amat sama saya, mana ada.... Tidak ada. Saya egois memang, saya sombong, orang tuamu pada cuekan semua, bwahha... biar kalian mati orang tua juga gak bakalan nangisin, paling beras ama lauk pauk dijadiin utang dunia akhirat. Gwahha, atau itu kejadian yang datang untuk saya nantinya, iya, saya bisa dikasi begitu, pantas kok, nah saya jadi anak kerjanya cuma tidur makan berak tidur makan kentut. Apa coba' yang bisa dibanggakan, ngabisin sisa makanan orang lain, kentut untuk pewangi ruangan, ato ngeborosin oksigen dunia lewat ngembangin lubang hidung.

Yak, itu saya yang sedang stress, karena saya memang mudah stress. Itu pikiran hasil manipulasi godaan setan yang saya ketik supaya saya ingat betapa setan-nya saya kalau mikir begitu, dan... betapa setan-nya kalian jika berfikir sama dengan sebelumnya. Hayati saja, yang kalian atau saya anggap amarah orang tua itu adalah senyawa yang diledakkan dengan suara keras dan dilentangkan dengan penuh perasaan. Ekspresi suram mereka adalah bentuk penyadaran untukmu bahwa mereka tak meminta banyak darimu. Mereka cuma kecewa, pengorbanan apa segala macam sudah dikerahkan nah kita lah yang yang menikmati dan hasilnya pula yang ditunggu mereka, hasil yang memuaskan. Keringat dan darah mereka sebenarnya cuma saya harus ganti dengan sesuatu yang membuat mereka tersenyum puas, salah satunya nilai fisika (khusus buat mama' saya). Gampang, tinggal belajar susah amat, rasa malasnya saja yang susah dibendung. Hahha, saya kira akan terus mengetik ini sambil ngutuk bilang dunia itu nggak adil atau celaan labil lainnya, Alhamdulillah Allah kasih petunjuk untuk orang kurang bersyukur kayak saya. Nah tu', Allah emang baik super... sampe nyadarin saya kalau saya kurang bersyukur. Nah, tinggal saya yang bego', sudah sadar kurang bersyukur dan tetap meneruskan longoan atau segera cepat ambil air wudhu, shalat, habis itu dzikir, mengedahkan menengedahkan menge.... arghh, saya lupa istilahnya, mengangkat tangan, bersyukur sepenuh hati, tobat minta ampun sama semua dosa yang diingat dan tidak diingat, baru habis itu terakhir komat kamit minta ini itu, kamera, cita2, kebahagiaan, kebahagiaan orang tua (hampir lupa), baju distro satu kardus, sama semuamuanya yang enak2 dan menyenangkan lah. Aamiin Ya Allah, Ya Rabbi... Sukron Ya Allah, sukron ya... orang tua (bahasa arabnya lupaa).

Ohh iya, saya lupa shalat Isya sampai saat ini. Kacau benar, dan saya juga masih ngetik... brrr, ya sudah teman2 dan orang tua orang tua, saya si anak paling beruntung di dunia pergi dulu *merangkakkeWC

21 Desember 2011

Parhang Dan Ambulance

"BRRMMM BRrmm brrmm....." terdengar bunyi kentut yang jantan, terdengar sampai ke ruang tamu, terdengar mengalir deras membus jalan raya. Ohh iya, itu kentut knalpot, walau saya tahu itu bunyi mesin yang bekerja. Bunyi mesin transportasi, itukah motor, mobil, bentor, pete2', bemo, bajaj, bom bom car, dan sebagainya. Ya, saya tahu di makassar nda' ada bemo dan bajaj, dan saya juga tahu bom bom car itu nda' ada dan nda' akan ada di jalan raya, tapi biarlah supaya terkesan ramai dan saya punya imej banyak pengetahuan soal jalan raya.

Ehh, saya belum bilang tentang apa yang saya mau bicarakan saat ini ya. Yap, saya lagi mikirin si jalan raya. Ndattau kenapa, mungkin dari sini saya online ehh tiba2 kedengaran suara motor bogar dari luar, jadinya malah terinspirasi ngetik di blog tentang jalan raya. Lahh, masalahnya ini saya juga ndattau mau nulis apa tentang jalan raya tersebut. Bagus, salut untuk inspirasi saya yang bersinar untuk sesaat. Ini gara2 diriku yang nda' ada kerjaan dan sok2 mau nambah entri buat blog biar dikira aktif dan punya banyak ide, ato juga saya bisa dinilai sebagai orang tua yang baik nantinya karena perhatian banget sama blognya. Tapi nyatanya tidak, kalaupun iya.. itupun pasti bohong. Lahh, darimana saya tahu saya bohong??? Iyalah saya tahu, saya kan yang ngetik dan yang mikir. Tapi hahh, sudah basa basinya... kita akhiri saja ini, melanjutkan kembali niat apa yang sebenarnya ada dalam hati saya, apa yang saya ingin bicarakan dalam entry kali ini, apa saudara2, apa?!! Ohh iya, baru ingat... pernah lihat ambulance, ngebut sambil masang sirene bising disertai mobil2 berjejer ngekor dari belakang, dan jangan lupa pula sama pengendara motor yang berdesak-desakan (saya liat berdesak-desakan) disekitar mobil tersebut dengan memasang sejuta ekspresi. Ada gusar, cemas, marah, bahagia (mungkin), geram, dan lain sebagainya. Ohh iya, ada juga yang megang bendera putih sambil diangkat gitu sambil naik motor. Jadi benderanya berkibar terus tertiup-tiup angin, keren dahh pokoknya... seandainya bendera upacara sekolah setiap senin begitu.

Yak, kembali ke mobil ambulance, eng... kalian pernah liar tulisan 'ambulance'nya di itu mobil nda', kebalik kan. Saya waktu kecil super bingung atas dasar apa tulisan ambulance dijadiian terbalik begitu. Memang pemasang stikernya yang bego' ato apa. Welle welle, ternyata saya yang bego'. Kata bapak saya, itu tulisan ambulance di kasi terbalik supaya kebaca di kaca spion dari belakang klo kita naik mobil. Lahh, emang klo kebaca kenapa?!! biar nda' dibaca juga itu sirenenya udah kayk banteng mengamuk dari belakang mau nabrak2 semua mobil yang menghalangi. Pernah liat orang tahan pipis stengah hari baru dia dapat toilet, lari dan ngamuknya seperti itu tuh. Biar nda' dikasi terbalik juga itu tulisan ambulance, semua orang pasti tau kalau itu ambulance. Ambulance yang selalu ngebut dan ribut kayak parade berjalan itu tentunya tak perlu pasang spanduk tinggi2 bilang "saya ambulance, biarkan saya lewat!!!". Ohh iya, saya juga dulu waktu kecil bingung sama wesernya yang nyala dua2nya. Satu ke kanan dan satu ke kiri, tapi lahh ini nyala dua2nya. Ini mau mobil mau kemana?!! jadi mobil yang konsisten dikit napa, rakus amat mau ambil kanan sekaligus ke kiri. Saya juga sempat bayangin kalo sebenarnya betulan bisa begitu, tuh ceritanya ambulance terbagi dua sampe2 pasien didalamnya ikutan terbagi dua juga. Tengah badannya robek, organ2 dalamnya terburai semua, otaknya kelindes ban belakang ambulance. Brrr, maaf, memang saya kebanyakan nonton kartun dan movie khusus psikopat. Tapi walau cuma khayalan, siapa tau nanti di masa depan begitu... bisa untuk menghindari kemacetan toh. Ya Ya Ya, berhenti berhenti berhenti, menghayal yang nda' perlu lagi saya. Tapi sekarang nda' usah menghayal lagi, kan saya udah gede' sekarang, udah tumbuh kumis dan janggut super tipis ampir nda' keliatan. Tentunya dewasa gini sudah tau untuk apa itu weser nyala dua2.

Nah, tentang ambulance.... ambulance hebat ya, bisa nembus lampu merah, jantan amat. Bayangin aja kalo kita ngekor ambulance sok2 jadi keluarga yang turut berduka cita juga padahal niatnya dapat jalur bebas hambatan gratis. Semua terlampaui, semua terlewati, hidup ini indah, hidup ini lancar dan indah, bwahha.

Saya juga punya pengalaman nih, ceritanya waktu itu saya dijemput dari sekolah, kerennya saya dijemput pake mobil ambulance rumah sakit bersalin. Itu biasa dan wajar kok, nah samping rumah saya terbangun rs bersalin nenek saya. RS. Bersalin Masyita namanya, cari kalo mau melahirkan, jangan lupa cari saya kalau sudah sampai, nanti nda' dapat diskon sama kupon undian edisi bersalin baru tau rasa. Dan cerita saya berlanjut lagi dengan adik saya yang jug sudah menaiki mobil, tapi ini baru pembukanya. Kau tau klimaksnya apa, ya pasti tidak tau. Sini saya kasi tau, sebenarnya... orang tua saya mau berangkat umroh dan kami harus ikut ngantar. Ya, sebenarnya bukan itu intinya sih. Nih penjemput saya adalah orang yang akan mengantar org tua saya pergi bandara, lahh gimana caranya ngantar kalau orangnya masih disini jemput say dan si adik. Ternyata bapak saya sudah nelfon berkali-kali, dari gelagat dan nada bicara pengantarku... kayaknya terlihat cemas dan tentunya tancap gas dan ngebut itu pilihan terbaik baginya waktu itu. Belakangan, saya tau kalau orang tua saya ini sudah terlambat sekali, dan tentu nda' keren kalo pesawat di sana berhenti cuma untuk nunggu kepentinga 2 orang, ya 2 orang itu si orang tua saya itu.

Dan, petualangan saya kembali berlanjut dalam mobil ambulance. Terlihat macet di ujung jalan, dan itu pertanda untuk memulai ketakutan kami. Harap2 cemas berkumpul di ubun2 kami, jantung berdegup kencang, darah mendesir deras, otak penuh dengan ke-pesimis-an (sepertinya terlalu dramatis). Dan ini lah bagian kerennya, si pengantar saya yang saya lupa ketik namanya bernama Pak Salam, menyalakan sirene supir ribut dan super berseni. Fwalla, ajaib bin ajaib, saya tahu aladin lebih ajaib, tapi ini lebih ajaib dan lebih keren. Semua motor dan mobil berminggir-minggir ria membiarkan kami lewat, memberikan kami jalan. Saya mau nangis terharu rasanya, kepeduliaan dan jasa2 mereka takkan kulupakan rasanya. Sebagai antisipasi kalau saya lupa, makanya saya tulis di blog toh. Brrr, tapi rasanya kasihan ya.. terlihat tak sedikit banyak yang kerepotan demi memberikan kami jalan untuk mobil ambulance yang berisi dua anak labil dan bapak2 yang ndattau bisa dibilang egois atau "tidak ada pilihan lain". Seandainya kalian para pembaca setiaku (saya sendiri yang baca) berada di dalam itu waktu itu, kita bisa merasakan kekerenannya. Saya nda' tau apa yang dipikirkan orang2 di jalan raya itu, mungkin seperti "wahh, ada orang mau melahirkan lewat", "wahh, pasti ketubannya sudah pecah", "wahh, ada polisi.. minggir minggir", "wahh ada apa, saya juga ikut2tan minggir dah". Ya, pasti pendapat di otak mereka berseni semua saya harap. Yang mereka tak tau kalau yang mereka beri kelonggaran penuh ketulusan itu hanya untuk keluarga yang terlambat ngantar orang tua yang jauh nun disana untuk pergi umroh. Tapi biarlah, mereka sudah dapat pahala dari Allah pastinya.

Ehh, anu, saya juga nda' sadar sebenarnya nih mobil nda' pake' riben, jadi isinya keliatan... nah saya waktu itu didalam ketawa ketiwi sama si adik. Saya juga lupa bilang kalau sudah banyak bapak2 berkumis terlihat dari luar melihat-lihat kami setelah mungkin mencerna apa yang sebenarnya mereka telah beri jalan dan untuk apa mereka bersusah-susah payah untuk minggir. Ya, mereka merepotkan diri untuk mobil yang isinya orang ketawa2 nda' punya hati. Dan akhirnya kami sampai ke orang tua kami dan dapat marah2 karena lama. Brrr, salah saya apa sih, saya baru pulang nuntut ilmu malah dimarahi.

Ohh iya, kalian tau bedanya sirene ambulance sama sirene polisi???

23 November 2011

Saya Dan Kehampaan Pagi

Saat ini jam 0:49, tepat saya sedang mengetik ini... semoga saja info jam yang ditunjukkan laptop kesayangan saya ini nda' bohong. Brrr, ini malam yang hampa kawan, atau bisa dibilang pagi lah.. kan sudah lewat jam 12. Ini malam yang membosankan, wifi di rumah yang menemani kehidupan introvertku ini tetap tak jadi berguna dikarenakan otak saya yang sedang tak dijamahi inspirasi2 dan ide penyegar otak di malam yang sesunyi ini (tiba2 inget band peterpan).

Daritadi cuma diam saja, yang ada bunyi cuma si AC kamar adek saya yang saya tumpangi laptop dan saya sendiri.. ya, alasannya jelek, karena kalau di kamar saya... sinyal wifi-nya nda' sampe, paling cuma sampe sebatas pintu yang membuat saya harus menyandarkan si acer diatas pangkuan gagang pintu dan browsingan sambil berdiri (coba bayangkan kalo orang dari luar buka pintu).

Wahh, gak matching... nih adik sumpah beruntung amat masih bisa nyaman2nya browsingan setiap hari sambil tengkurep diatas spring bed empuk nan mahal (kayaknya) juga ac di atas kepala, juga apalagi yahh... yang penting nan nyaman lah. Nda' kayak saya, tempat tidur lengketan sama lantai, wifi gak sampai batas tempat tidur saya yang seharusnya memungkinkan saya bersantai-santai browsingan ngetik ini ngetik itu sambil tidur2an melayang-layang.... dan, apalagi yahh, ahh hanya itu sajalah dulu. Grrr, kenapa juga saya harus curhat coba'.

Ini pasti gara2 malam, atau pagi maksud saya. Kehampaan ini membawa saya terjun kepada liang lahat yang berbeda karena lebih merujuk ke dunia luas yang disebut kegalauan deskriminasi natural yang tak pernah disengaja dalam skenario takdir alam yang baru kusadari saat ini (mungkin nanti sudah lupa). Wahh, sampai sekarang pun saya masih kesepian. Cuma kata2 tertutur saya sendiri dan bunyi ac dan bunyi ketikan dan adik saya yang sudah tertidur sedari tadi yang menemani. Jelek amat, benda mati yang nemanin saya (si adik setengah mati). Sepertinya ingin cari kesibukan, seperti masak indomie, padahal saya tau gara2 itu kayaknya saya sering teler dan yang lain2nya lah (nda' penting). Cari kesibukan apa ya, hmm... seperti pesan pizza mungkin. Iseng2 saya periksa kantong, isinya STNK, flashdik, sama uang seribu. Sangat cukup untuk membeli pizza pastinya, jual flashdik sama STNK-nya (emang STNK bisa dijual?) tambah seribu udah pasti bisa belli american favorite, garlic bread, sama coca cola float. Ya Allah, lagi2 saya menghayal.

Rencananya sih mau bangunin orang tua baru ngerengek bilang "lapar lapar"... yahh, palingan saya langsung ditembak dikira anak sulung edannya berubah jadi zombie (hidup fiksi!). Semua itu hanya khayalan saudara2ku, nda' perlu dibayangkan dan ditiru apalagi, begini2 saya juga tidak ingin jadi inspirator kebiasaan di pagi hari.

Hmm, mungkin dari kalian memilih untuk menonton televisi... tapi tidak untuk saya. Mengapa ya, hmm... saya benci televisi (ini bahasa kasarnya). Saya nda' suka' nonton televisi (ini bahasa halusnya). Saya stress liat iklan2 dan sinetron2 indonesia (ini bahasa lubuk hati). Dengar tv juga nda' tau mengapa rasanya ribut dan bising sekali. Coba kalo dimatikan, wahh... sepi tenan damai sejahtera pokoknya. Sayanya jadi makmur coy, nda' perlu mengernyitkan 'philtrum' (bisa kalo pake jari).

Yahh, nda' terasa pula 10 menit lagi jam menunjukkan tendang 2:00. Brrr, padahal besok ada neraka (baca: sekolah) dan seharusnya kondisi fit harus dimatangkan untuk menghadapi setan2 merepotkan disana. Nah tu', saya stress lagi. Kenapa 'lagi'??? Lahh memang dari pertama saya ngetik disini itu sebenarnya saya sudah stress. Kepikiran nerakaaaa terus, mimpi aja pas saya datang ke neraka (baca: sekolah... ingat sekolah, jangan sampai lupa, ini istilah saya lho) tiba2 kepala sekolah nge-scream pake mikrofon ngumumin neraka bakal diliburin 1 tahun (selamanya sekalian) karena alasan guru2 mogok kerja karena grafik sogokan anak murid yang fluktuatif dan tak jelas bagaimana depannya. Welle2, mimpi apa saya sepagi... surga itu namanya kalo begitu, bwahahahhaha *ketawadajjal.

Yahh, kembali lagi ke dunia realistis yang menyadarkan saya betapa jauhnya diri ini melayang jauh menembus khayalan2 yang terotomatis terproduksi akibat pacuan kehampaan pagi hari ini yang masih gelap karena si gundul bersinar nan panas belum menampakkan diri dari persembunyiaannya. Baiklah, sepertinya perut sudah nda' bisa diajak main catur lagi... daritadi minta indomie coto makassar terus yang memang sudah saya siapkan sehari-hari yang lalu bilamana kejadian yang seperti ini akan terjadi dan memang terjadi adanya. Atau lebih baik saya bikin nasi goreng saja yahh, sudah ada sih bumbu instannya... tapi sepertinya saya lagi malas mengaduk-ngaduk, jadi tekad yang sudah segitiga ini menetapkan dengan hati nurani yang tulus dan jujur kalo saya akan membuat indomie coto makassar plus 2 telur cepok nda' diaduk dan nasi setengah piring.

Baiklah kawan2 dan yang bukan kawan2 saya, kita akhiri dulu perjumpaan hampa kita di pagi hari ini dengan membaca doa sebelum makan.

 الَّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar

Yang artinya :
Ya Allah, berkatilah rezeki yang engkau berikan kepada kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka.

16 September 2011

Saya Dan Kertas Harapan

Bagus, tidak ada guru. Bukannya bagus lagi, ini malah jadi indah. Pelajaran terakhir membawa ketenangan sampai akhirnya bel berbunyi dan mengiringi kami menuju masjid. Memang, itu hari jum'at, di mana para lelaki yang merasa laki-laki berbondong bondong untuk menunaikan shalat jumat. Tapi, ini belum bel... kisah yang akan kuceritakan, kegiatan mereka ataupun kami yang akan kuberitahu, itu semua terjadi sebelum bel berbunyi, sebelum kami semua punya hak untuk keluar dari kelas tanpa perintah.

Ya, waktu itu ada pemberitahuan bahwa pelajaran terakhir itu tak akan terjadi dikarenakan alasan mendisplay kelas yang sungguh runyam dikarenakan penekanan waktu dan pembatasan kreatifitas sampai aspirasi masyarakat kelas yang tidak dihargai. Sepertinya, itu hanya terjadi di kelas itu... bukan tentang kegiatan mendisplaynya, tapi tragedi kekecewaan-nya. Sepertinya kau takkan mengerti, tapi memang sengaja kubuat kau berfikir sampai kau betul2 sadar itu tak perlu dimengerti karena bukan hal itulah yang ingin kuceritakan.

Nah, ini dia... selagi mereka sibuk memegang palu, memalu, menancap, mendokarasi, bernafas, dan sebagainya sedangkan saya yang bertopang dagu cuma hanya melihat mereka dari deretan kursi paling belakang tengah dengan muka murung sok berfikir padahal sedang menghayati lagu The Red Jumsuit Apparatus - Face Down dengan perangkat headset yang membuatku lebih tenang dan nyaman, terhindar dari keributan mereka yang kadang berupa tawa tanpa kutahu alasannya.

Selagi sibuk semua dengan kegiatan mereka dan saya yang juga sibuk dangan kegiatan saya sendiri padahal sebenarnya lebih identik dengan bersantai, tiba2 kehadiran seorang guru berjilbab membuat pandangan kami yang berbeda-beda terfokus satu arah kepadanya. Si guru mulai bicara dengan bahasa yang saya kenal sebagai bahasa indonesia dan bahasa yang saya kenal lagi sebagai bahasa inggris. Belakangan, memang saya tahu ini guru bahasa inggris, dan pasti ahli di bahasa inggris. Itu sebenarnya nda' penting juga saya definisikan, yang penting adalah tuntutan si guru. Tuntutan sopan nan tulus yang membimbing kami memiliki secarik kertas yang nantinya akan ditulisi harapan, keinginan, cita2, dan pesan2 yang akan nantinya orang tuamu akan melihatnya di acara sekolah athirah yang memang cuma orang tuanya saja yang diundang. Memang, tadi kami semua di kasi undangan. Saya punya kelemahan di situ, yaitu tak pernah menganggap penting sebuah undangan. Tak peduli itu untuk siapa, siapa yang diundang dan siapa yang mengundang. Yang penting bila terbuat dari kertas yang berisi paragraf2 rapi dengan kosa kata dan tutur kalimat yang baku nan resmi, membuat tingkat ketidakpedulianku menjadi 99%. Ya, saya malas urus begituan. Alhasil, undangan tadi saya tidak tahu ada dimana, padahal seingatku saya pegang dan tiba2 teman saya pegangkan, dan ketika minta kembali dan memang kembali lagi di tangan saya, dan habis itu saat siapa itu lupa saya juga.. dia ajak bicara saya, dan pas masuk kelas, undangan itu hilang, lenyap, tanpa jejak, layaknya asap rokok perokok aktif yang kembali dihisap perokok pasif. Sudah sudah, stop... berhenti bicara undangan saya yang pastinya takkan kembali dan itu percuma, sekarang ini guru sedang menjelaskan di depan.

Sesudah merasa menyelesaikan tugas dan amanah, si ibu guru keluar kelas meninggalkan kepercayaannya yang besar dan banyak... ya, banyak karena kami murid2 yang lebih dari satu dan bisa disebut 'banyak'. Akhirnya, mulailah mereka, memegang pulpen, menyentuhkannya pada hamparan putih kertas tengah yang barusan dirobek dan dibagi dua untuk teman samping bangkunya. Saya tadi membicarakan perempuan2 yang melakukan itu di samping kiri saya, mereka berjejeran, seperti sengaja membentuk barisan dengan aktivitas yang sama, membuat mereka terlihat begitu kompak walau keragaman adalah hal yang mencolok dari satu sama lain. Mereka bukan mulai menulis, tapi memang sudah menulis, menumpahkan secercah dan sesamudera harapan dan keyakinan di atas garis2 kertas yang membuatmu dapat menulis rapi dan lurus. Mereka menitipkan pesan di atas benda yang dulunya dari kayu itu, mentipkan pesan untuk yang nantinya digenggam penuh hikmat oleh orang tua mereka.

Ini kesempatan, peluang yang besar dan keberuntungan mungkin kalau menurutku. Untuk mereka semua yang tak punya kesempatan untuk membacotkan seluruh rasa mereka tentang harapan dan keinginan mulianya di depan orang tuanya sendiri. Taulah kalian anak muda, ada yang gengsi, jaim, malu, sok tak peduli, dan lain lain. Tapi, sepertinya secarik kertas bisa jadi penopang kerisauan dan kegelisahan mereka, untuk semua yang telah mereka pendam dan tak pernah punya kesempatan keluar ataupun membebaskan diri. Lupa sepertinya saya menceritakan di bagian sisi KIR saya, itu kebanyakan laki2nya. Mereka tertawa, mungkin menyisipkan sebuah kalimat2 mutiara yang kemudian dilantunkan dengan niat teman2nya mendengar dan kemudian tertawa bersama. Saya juga sempat tertawa, kan konyol, ya walau sempat saya tak tahu apa yang ditertawakan. Bagai kota dan desa, kota di bagian kanan dan desa dibagian kiri. Keributan ada dibagian kanan dan keheningan ada di bagian kiri. Kau pernah coba dengar lagu rock dengan pakai bagian sebelah headset, brrr... mirip2 inilah rasanya. Memang bagian kanan masih banyak pula yang sibuk, ya sibuk mencari inspirasi dulu. Bingung saya, sama dengan cerpen kah ini, inspirasi juga kadang tak perlu diperlukan dan itu adalah untuk saat ini. Mungkin sepertinya bukan inspirasi, tapi sulit menuliskan kata2 apa yang tepat orang tua yang nanti akan menggenggam surat itu dan mungkin akan melototinya. Tapi sepertinya semua sudah memikirkan itu sejak awal dan mengambil langkah utuk membentuk paragraf yang indah dan tentu membentuk kenyamanan proses membaca untuk orang tuanya.

Kembali lagi lah saya yang meggerakan leher yang memacu wajah saya menghadap kembali ke sebelah kiri. Wahh, kaget saya... ada yang menangis, dasar perempuan cepat sekali tersentuh. Ya, dan tak perlu 5 menit untukku melihat teman2 mereka yang mulai mengalirkan air mata, sampai akhirnya membasahi pipinya dan takutnya malah kena' kertas harapannya. Hmm, saya memang nda' tau apa yang mereka sedang tulis dan memang sampai waktu itu masih terus menggoreskan pulpennya. Tapi yang seperti itu sepertinya tak perlu ditanyakan lagi, manusia kan diberi kemampuan menganalisis keadaan dan menerjemahkannya kedalam arti2 yang struktural kemudian akhirnya menyesuaikan keadaan dengan kondisi orang disekitarnya, sampai mengetahui pula apa yang sedang dipikirkan orang2 tersebut.

Saya masih menujukan pandangan saya terhadap mereka. Pulpennya itu lho, pulpen mereka, pulpen yang terus2 menerus bergoyang mengikuti irama dari kiri ke kanan dan sampai akhirnya terus menerus menuju ke bawah dan kertas putih yang tadinya polos menjadi kertas yang punya banyak makna. Sepertinya, pulpen yang macet pun takkan sampai hati tuk melakukan aksi mogok tintanya... melihat pemiliknya yang telah menaruh kepercayaan penuh pada perangkat tulis tersebut. Nah, di depanku juga si ketua kelas... sepertinya menangis juga, dan bukan 'sepertinya' lagi karena memang menangis betulan. Laki2 dia, laki2 yang membuktikan bahwa laki2 juga manusia biasa yang bisa merasakan haru di saat yang tepat. Sepertinya tak perlu ada backsound mellow untuk lebih mengetuk hati mereka agar mencapai puncak perasaan harunya. Saat manusia menuangkan seluruh isi hatinya, saat itu pula air mata yang akan jadi latarnya.

Tak terasa si ibu guru bahasa inggris yang ahli bahasa inggris datang kembali mengambil hak2nya, hak2 yang pertama sebenarnya cuma berperan sebagai amanah. Semua kertas dikumpulkan, dan tunggu dulu.... mana kertasku??? Ohh iya, ternyata dipinjam teman saya.. itu dia ada di bagian kanan terlihat masih menulis sesuatu di kertasnnya sendiri sambil melirik sedikit2 ke kertas saya yang saya lupa tadi telah saya pinjamkan waktu dia ingin pinjam dan kemudian bilang "pinjam".

Sampai akhirnya itu semua terlewati atau terlewatkan, sampai berakhirnya pertunjukan mengucurkan air mata. Semua kertas sudah dikumpul. Sudah, selesai, done, finished. Ohh iya, tadi saya nda' menangis ya. Takkan bisalah saya menangis dikarenakan cuma sedikit kalimat yang saya tulis di kertas tadi. Lupa juga apa tadi isinya, sepertinya begini....


"Ya Allah, semoga semua mendapatkan nikmat dunia dan nikmat surga, amin"

"Ya Allah, saya ingin menjadi penulis, komikus, dan fotografer, amin"

    "Ya Allah, semuanya masuk surga, amin"

30 Agustus 2011

Saya Dan Taman Kecil

Anak kecil yang manis, tampak tak ternoda sediktpun oleh dosa2 kecil dan besar yang dibuat oleh dirinya sendiri, dia masih suci layaknya susu cair tanpa rasa atau bisa dibilang yang rasa full cream.

Melangkahkan kaki pendeknya, menghentakkan aspal baru yang memang terlihat sangat hitam di luar rumahnya. Dia melakukan itu, karena memang sedang bosan dirumahnya dan karena memang rumahnya tak berlantaikan aspal. Sungguh indahnya, melihat keharmonisan anak ingusan dengan alamnya yang ditumbuhi bunga2 liar berwarna, walau alam itu lebih kelihatan seperti taman yang punya lapangan kecil.

Si anak itu berlari-lari, menulusuri singkatnya batas taman, bermandikan angin sepoi2 sore yang sejuk, senyum dan tawa mewarnai wajah mulusnya yang terlupakan akan keindahan taman samping rumahnya. Ohh iya, saya lupa... anak itu tidak sendiri, apa arti keindahan bila kau menikmatinya sendiri. Anak itu ditemani langkah2 kaki2 yang lebih pendek, yaitu adiknya, atau mungkin bisa dibilang adik2nya karena dua.. kan lebih dari satu. Selain itu, ada si tokoh utama yang paling penting selain si anak itu.... yaitu, si anak ke-dua. Yahh, sepertinya ada keribetan bila nama tokoh dalam cerita mempunyai nama yang mirip yang dibedakan hanya dengan sebuah nomor. Ya sudah, saya ganti saja nama anak itu dengan 'Mus'af''... ya, tentunya saya tidak semena-mena memberikan nama suci itu ke anak tersebut, karena memang orang tuanya yang duluan kasi nama dan memang begitu namanya.. saya mau ganti nama dia, tapi banyak halangan seperti tak cukup modal buat beli dua kambing. Yahh, tapi itu tak penting karena dia memang tidak pernah tau apa yang saya pikirkan tentang dia maupun dirinya., ataupun jiwanya.

Ya, itu Mus'af yang saya baru diajak sama si anak tersebut untuk main di taman. Ya, itu Mus'af yang keluar rumah dengan langkah berat dan kedua tangan yang menempel di kedua kakinya.. ehh, maksudnya tangannya. Tak lupa pula dihiasi muka masam dan bibir bawah yang lebih keluar daripada bibir atasnya, ujung kedua alis yang merendah kebawah sehingga memacu kelopak mata atasnya untuk menutupi setengah matanya. Yahh, hari itu si Mus'af sangat jelek, jelek sekali, ya jelek sekali karena tidak seperti biasa. Tidak seperti biasa seperti kemarin dan kemarin dan kemarinnya lagi dan terus kemarin seterusnya saat diajak keluar rumah atau memang sudah keluar dari rumahnya. Saya sedang membicarakan mimik wajahnya, gesturnya, nada bicaranya.

Hey, ini saatnya bermain di taman main kejar2an layaknya film india atau main sembunyi2 layaknya film horror. Oalah, wajahnya malah meringis kesakitan. Si anak memang belum sempat bertanya, karena memang sudah dibikin bingung duluan sama ekspresi muka pertamanya ketika baru keluar dari pagar rumahnya, ketika dia melewati batas antara home sweet home dan dunia luar yang dipenuhi akan tantangan dan bahaya yang tak terduga. Yahh, si anak sampai sekarang pun belum tau ada apa gerangan, apa yang membuat wajahnya seperti itu, apakah kemarin dia habis operasi plastik.. yahh saya juga tidak tahu. Dua adik si anak tersebut yang juga ternyata sudah berwujud di belakang-nya daritadi cuma melongo saja. Yahh, kakak dan adik sama saja bego'nya. Orang kalau begitu ditanya', jangan melongo. Orang melongo masa depannya hanya sudut gelap.

Nah, tiba2 ada mba2' seperti pengantar wahyu yang akan menjawab semua pertanyaan mereka, ya mereka yang punya pertanyaan yang sama mungkin. Kata mba' nya, si mus'af tadi waktu perutnya digosokin minyak tawon, gak sengaja tiba2 minyaknya ketelan alias terminum. Ya, dia minum minyak, minyak tawon, yang tadi dipake' gosokin perutnya, yang malah tambah bikin mereka bingung.. kok tadi minyak digosokin ke perut lah tiba2 kebur ke mulutnya. Ya, sepertinya butuh analisis yang lebih mendalam lagi tapi sepertinya juga tak sempat... malas katanya. Ya, sesudah penjelasan... si anak tersebut tak terdorong untuk menanyakan proses masuknya minyak tawon kedalam mulutnya, lebih penting bila dia mengajaknya main saja. Hmm, tapi ekspresi Mus'af menolak... katanya dia sakit perut *ules2perut jadi nda' bisa main. Ya Allah, masa' gara2 minyak kau malah tak bisa main. Ya, si anak tersebut paksa dia, tarik tangan dia, seperti film action yang bagian dikejar penjahat pake' mobil baru kita lari sambil dengan bermodalkan naik kaki lari sepenuh hati sambil narik2 teman seperjuangan kita yang udah teler alias kecapean. Tapi bedanya, di cerita ini tidak ada mobil. Kayaknya kebanyakan becak, mungkin juga kalo memang dikejar betulan sama becak akan terlihat lebih menegangkan (saya tak bilang kalo kelindes).

Ya, si anak tersebut tarik si Mus'af ke lapangan. Akhirnya sampai, yahh memang tak jauh2 amat dari rumahnya Mus'af karena rumahnya berada di depan samping kanan rumah anak tersebut.Jadi, inilah mereka di tengah taman yang berpetualang. Lebay sepertinya, padahal kerjanya main bulu tangkis atau petik2 buah kecil nda' jelas dari pohon yang nda' jelas juga'. Tapi, apa peduli dengan ketidak jelasan, inilah yang disebut anak kecil, hal yang kecil menjadi lebih menyenangkan, memikirkan hidup dengan tingkat keterbatasan ilmu yang tak cukup banyak namun memandang hidup dengan pola pikiran yang lebih luas dari samudera sekalipun.

Semua terlihat jadi menyenagkan dan terus lebih menyenangkan. Main petak umpet, kejar-kejaran, power ranger power rangeran, meneliti tai cicak kenapa bisa hitam putih, tidur2an bersama diatas hamparan rumput nan subur, atau sekedar bercerita diatas kecilnya kursi yang membuat mereka berpindah tempat untuk bercerita di atas rumput saja. Ya, hari anak itu menyenangkan. Apa peduli dengan minyak tawonmu, yang penting sekarang kau sudah tersenyum, dan bahkan kau sudah tertawa, menertawakan, dan ditertawakan berkali-kali. Mereka tak perlu banyak pikiran untuk menanyakan kembali apakah si mus'af masih sakit perutnya atau tidak.  Mereka anak2, lupa segalanya bila ditetesi kemanisan bersenang-senang dengan bebas, lupa segalanya bila menikmati hal terkecil apapun dengan bersama-sama, lupa segalanya bila obrolan jadi jalur khayalan yang tak ada putus2nya, lupa segalanya bila mereka masih anak2. Dan, semua punya batas... Allah menakdirkan matahari terbenam di barat, arah barat yang sungguh beruntung untuk mereka karena tertangkap sudut pandang mereka masing2, yang membuat mereka melihat matahari nan ramah turun dan lenyap perlahan-lahan sampai akhirnya kehangatannya akan kau rindukan dan lupakan sampai nanti kau membuka matamu sehabis tidur esok hari. Itulah sunset, matahari terbenam, bola bercahaya yang mereka percaya sebagai pembatas kebahagiaan mereka yang tak akan berujung. Yang membawa mereka beranjak pulang karena katanya kalau maghrib2 itu banyak setan berkeliarannya. Mereka yang pikirannya terlalu sempit atau terlalu luas dengan otomatis membayangkan wajah2 seram sebagai artian bahwa setan memang selalu seperti itu, selalu seram2.

Bila masih ingat, apakah mereka sempat berterima kasih... ya, bilang makasih sama Allah. Sama Allah yang kasih kalian pembatas kebahagiaan dengan menggunakan keindahan pula. Ya, keindahan dari matahari terbenam, yang membuat warna awan terlihat lebih syahdu diiringi langit yang ke-oranye oranyean. Indah semua indah, sampai beranjak kaki dan masuk rumah pun mereka selalu berfikir besok dan besok dan besok dan seterusnya akan selalu seperti ini. Ya memang mereka masih anak2, yang selalu malas bangun bila mau pergi sekolah, yang bangun subuh bila hari minggu, yang shalatnya masih bolong2, yang gampang dihipnotis dengan benda mati yang namanya mainan, yang berfikir semua selalu akan baik2 saja, yang belum tahu betul apa itu arti keindahan yang abadi sepenuhnya, yang belum tahu kalau 'pertumbuhan' akan mengiringimu sendiri menuju jalan yang tentu pula harus kau tempuh sendiri. Hahh, siapa yang peduli dengan perpisahan, kedewasaan dan sebagainya. Itulah yang membuat mereka mungkin masih bisa tersenyum selagi tidur, yakin saat membuka mata akan ada selalu jalan terang penuh tawa kebersamaan yang menyelimuti. Hahhaha, indahnya jadi anak2, indahnya mengingat masa lalu, indahnya bila tahu sekarang bahwa anak itu adalah saya.

Saya tak tahu sekarang apakah kau malah jadi penjual minyak tawon sekarang, Mus'af... atau mungkin takkan pernah mau pake lagi itu minyak yang pernah mengisi lambungmu. Memang kau teman dekat rumah yang aneh, hahha.

Yahh walau sampai sekarang saya tak tahu kau ada dimana sekarang dan seperti apa kau sekarang, apakah masih ingat saya dan adik2ku, atau mungkin kau sudah punya adik sama seperti saya... tak tunggal seperti yang dulu. Hohho, semoga sampai berkumis pun kita punya kesempatan main2 di taman sama adik2 yo'. Salam sejahtera untuk kau Mus'af yang ada di manapun.

Bekasi 2001

13 Agustus 2011

Saya Dan Ini Itu

"dehh, hebatnya", kesan saya waktu liat itu manusia bisa ini dan itu. Ya, 'ini dan itu' dalam arti sesuatu yang tidak bisa saya lakukan.

"Mereka Hebat, bisa ini dan itu.. saya juga mau", ambisi saya sesudah melihat mereka melantunkan bakat dan keahlian yang merupakan anugerah Allah SWT terhadap mereka. Mereka membuat saya berambisi pada hal yang sebenarnya malas untuk saya lakukan tapi jadi sangat menarik saat sesudah mereka memperlakukannya kepada hal yang saya malasi tersebut.

Seperti itu siapa saya juga lupa siapa dia dan namannya, yang penting dia bisa putar itu kepalanya kebelakang. Itu hebat, memutar kepala 180 derajat itu bukan hal yang gampang, dan sepertinya memang itu tidak gampang juga buat saya, kan saya butuh uang. Lahh, kenapa butuh uang??? iyalah butuh uang, kan klo berhasil putar kepala walaupun cuma sampai 173 derajat, pasti bunyinya sudah kentara "krekk" dan air liur mengalir syahdu dari sisi samping bibir saya, mata melotot, badan kejang2, sesudah diperiksa ternyata patah tulang leher. Sepertinya membayangkan hal itu jelek sekali, khayalan saya memang kembali bekerja tadinya.

Hmm, sepertinya memang harus mempraktekkan keahlian orang lain yang lebih mudah sepertinya. Saya merenung kemudian, merenung, merenung, merenung, merenung, merenung, merenung... sampai akhirnya saya tahu kalau saya tadi cuma melamun. Kenapa melamun??? ya karena bosan, memikirkan hal2 tersebut yang sebenarnya malah tambah bikin saya putus asa. Lahh, kenapa juga bikin putus asa??? karena setelah berambisi pada itu semua, endingnya dimana saya tidak yakin bisa melakukannya. Hahha, jadi semua ambisi itu sama dengan sia2. Sebenarnya tak ada yang sia2, dan yang sia2 itu adalah saat kau tak berbuat apa2. Lahh, intinya apa... saya juga pusing. Lebih baik berfikir sederhana untuk hal yang rumit, dan berfikir rumit untuk hal yang sederhana.

Setelah merangkum semua itu, saya terdorong untuk bertanya. "percayakah kau pada dirimu sendiri?" Dan, itu pertanyaan yang kebetulan cuma bisa kutujukan untuk diriku, ya karena tak ada orang selain saya waktu saya memikirkan hal ini. Hmm, saya belum jawab... sepertinya masih malas. Malas seperti ini juga saya pikirkan daritadi seperti menghalangi saya berbuat dan berpikir apapun. Wahai khayalanku, dimanakah dirimu, muncullah engkau, supaya saya tidak bosan... tapi sepertinya dia juga malas, melayani tuannya yang malas memunculkannya, membuatnya muncul, dan menghibur dirinya sendiri.

Tak lepas dari itu, Air Conditioner yang sudah saya setel jadi 18 derajat celcius dengan status cool high apalah segala macam tertera di layar remote itu, ya... yang membuat saya merasa nyaman dan ingin terlelap. Sebelum terlelap, saya cuma mau bicara sedikit. Ya, cuma sedikit menurutku karena jumlah kata2 di KBBI tidak sungguh sepadan dengan apa yang saya ingin ceritakan atau mungkin lebih bisa dibilang.... apa yahh, nda' tau juga karena saya lagi lupa lupanya, dan apakah saya harus mulai bertanya, mulai dari sekarang.

Sebelum tidur ini, saya berfikir pada yang saya ambisikan dan kemudian menyerah begitu saja. Sebenarnya bukan menyerah, tapi sadar. Sadar lah, karena itu bukan bakat saya. Kalian tentu tahu bakat kalian masing, dan kalau sudah tahu... kenapa harus memakai waktu yang bisa kalian pakai untuk mengasah bakat kalian sendiri untuk bakat orang lain yang sudah engkau yakini itu tidak perlu dan itu bukan bakatmu.

Hahha, sepertinya alasan mendasar saya adalah malas. Kadang malas membuat saya berfikir lebih tenang untuk kondisi yang tidak bisa ditenangkan. Yahh, walau saya tahu itu cara belakaku membela diri agar saya yang betul2 pemalas ini punya alasan kenapa dengan pedenya mengaku malas berkali kali.

Kembali ke bakatmu, itulah milikmu dari lahir, hargailah pemberian Allah kalau begitu, tak usah terlalu terpaku pada bidang yang membuatmu merasa frustasi. Dunia ini bulat, tapi hidup itu datar dan terus menerus lurus kedepan sampai saya dan kalian mendapatkan pintu kebahagiaannya masing2.

Dan "hoaaaaaaaa", nah... itu bunyi ngantuk saya, menguap. Sudah mau tidur ini, tapi sebelum itu saya juga baru ingat apa yang tadi mau dibilang. Masih ingat tidak, yang itu tuh yang saya bingung bahwa saya sebelum tidur tadi ini bukannya saya mau bercerita, tapi saya lupa istilahnya. Nah, sekarang saya sudah ingat.... ternyata saya mau ceramah, dan kesimpulannya tadi itu ceramah saya.

Ohh iya, sudah ngantuk... saya mau tidur, Wabillahitaufik walhidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

13 Juni 2011

Saya Dan Gunung Ajaib

Di sebuah kota, kota Makassar namanya, hiduplah seorang anak yang sedang mengendarai motor. Anak itu memakai helm karena memang sudah ketentuan dan takut kepalanya nanti pecah kalau kecelakaan, ya... itupun 'kalau'.

Itulah si anak, bertualang di kota makassar, mengarungi lautan aspal hitam yang panas, bermandikan senyuman hangat terik matahari yang menyengat, memacu gas dengan pelan namun pasti, menghirup oksigen lewat angin yang menembus raga, sampai akhirnya saya sadar kalau anak itu adalah saya sendiri.

Itulah saya, kumis tipis, rambut stengah jadi, wajah layak artis tua, bermodalkan motor hitam dan helm hitam, baju hitam, sendal hitam, celana hitam, dan celana dalam..... putih. Terpampang jelaslah anak itu kalau memang anak itu adalah saya sendiri yang saya memang tahu kalau diri saya suka sekali sesuatu yang berwarna hitam (tergantung benda apa).

Memang itu anak, suka sekali yang hitam2. Namun, bukan itulah yang ingin dibicarakan. Si anak itu (saya sendiri) sedang dalam misi untuk pulang ke rumah. pulang dengan segera sebelum beliau yang melahirkanku marah, sebelum beliau mengetahui kalau anak itu adalah saya, dan sebelum beliau mengetahui bahwa dirinya adalah ibu dari anak itu. Akhirnya, khayalan yang terus memacu anak itu untuk menancap gas dengan semakin cepat untuk menaikkan persentase keberhasilan tepat waktu untuk sampai ke rumah. Namun, keramaian tak terhindari. Saya jadi ingat satu lagu, begini lagunya : "keramaian keramaian, keramaian keramaian..... banyak yang cinta ramai, tapi perang semakin damai" ingat2, lagu yang saya nyanyikan dengan merdu dalam hati ini adalah lagu milik Band Gigi. "Semoga liriknya nda' salah", dalam batinku. Tapi memang lagu itu sangat penting, sungguh menggambarkan kondisi yang sesuai dengan pemandangan maupun pandangan saya saat ini. mungkin itu penyebabnya *sambil menunjuk sesuatu yang menyala-nyala. Ya, itu lampu merah.... warna yang saya benci, yang buat banteng jadi nda' jelas, yang keluar kalau kulit robek, yang menindisi kuning sama hijo. Ini yang buat macet, menurut analisis jenius saya.... ukuran jalan raya, jumlah populasi di daerah sekitar sini, dan lama waktu lampu merah menyala, membuat sistem transportasi yang mempunyai banyak tujuan dan jalur yang berbeda-beda menjadi terhambat. Itu memang analiasa simple, tapi cukup untuk membuat saya bisa berbasa basi sedikit.

Ya, ramai ini tentu salah saya juga, karena tanpa saya.... disini takkan seramai tanpa saya. 'gak ada loe gak rame', yahh.... embel2 yang ingin sekali saya dengar dalam kondisi ini, embel2 yang sangat ingin saya dengar saat saya sedang bercakap dengan pikiran saya sendiri. Namun, sepertinya tidak akan kesampaian. Ketidak kenalan saya sama ibu2' berkacamata yang di gonceng bapak2 yang saya hakimi sebagai suaminya di samping motor saya ini membuat saya tidak punya teman cerita. Namun, itu pula ibu2 tak bercerita sedikitpun dengan suami yang menggoncengnya, atau.. mungkin memang bukan suaminya sehingga tak terjadilah jalur kasih sayang antara meraka berdua atau mungkin meraka adalah suami istri yang tidak secerewet saya dalam kondisi tertentu sehingga tahu cara membatasi kapan harus mengobrol dan berpacaran di atas motor astrea tersebut.

Ya, kembalilah tatapan kedepan. Tatapan lurus, menunggu hijau bersinar, menuggu klakson berlomba2 menyadarkan para penduduk motor yang mungkin melamun dibuat lampu merah. Menunggu bukan hal yang membosankan bila kau ditemani khayalanmu. Inilah khayalan saya, yang setia menemani saya, yang berkhianat bila saya bercerita dengan orang lain, dan yang kadang2 menemani saya dalam tidur dengan bentuk imajinasi 3 dimensi yang menari-nari dengan tema yang kadang2 berbeda.

Dan tak dibuat bosanlah saya sampai akhirnya lampu hijau kembali terang benderang seperti sedia kala. Maaf kuning, mungkin lain kali kita bisa berjumpa. namun, perjumpaan dengan trio lampu lalu lintas di jl. toddopuli ini ternyata mempertemukan saya dengan 'gunung ajaib'.

Ya, 'gunung ajaib' saya sebut ajaib karena berbeda dengan gunung yang lainnya. Itu busuk, tak beraturan, warna abstrak, tampak menjulang tinggi namun tampak tak setinggi gunung2 yang biasanya saya lihat. Ya, inilah 'gunung ajaib'... saya beri tanda kutip agar kalian tak membayangkan gunung indah dalam khayalan kalian, saya beri nama begitu karena memang saya tidak berbakat untuk memberi nama, saya berpikir begitu karena memang saya belum punya anak dan berkewajiban untuk membantu istri men-search nama2 Islamiyah untuk anak saya, walaupun anak saya memang belum ada.

Ya, inilah saudara2 sekalian 'gunung ajaib'. 'Gunung ajaib' yang orang2 sebut sebagai tumpukan sampah, yang orang2 menutup hidungnya bila berdekatan dengan itu, yang orang2 sebagian berada di 'gunung ajaib' itu untuk mengais rezeki, yang orang2 sebagian itu tak perlu menutup hidungnya lagi di situ. dan saat itulah saya menyaksikannya, ini bukan kekuasaan Allah yang maha indah.... namun ketidak kuasaan manusia terhadap ciptaannya sendiri. Ya, inilah saya sebut kembali tanpa tanda petik, inilah tumpukan sampah, gunung sampah, apalah istilahnya yang penting saya benar2 tidak berbakat dalam memberi nama pada sesuatu.

Berapa detik saya lewat di depan itu, saya juga lupa. Anak itu akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak, memarkirkan motornya di tempat di mana tempat itu bukan tempat parkir,  membalikkan leher karena posisi arah motor dan tempat 'gunung ajaib' berlawanan. Anak itu hanya diam dan merenung. khayalan tak ada, hanya merenung, hanya berfikir, tak ada animasi seperti biasanya, tak ada basa basi seperti biasanya. Kau tahu mengapa, inilah saat saya merasa kesal, kesal yang membuat semua imajinasi dan khayalan saya lari hilang tanpa jejak, kesal yang membuat saya ingin tahu siapa yang bersalah dan kenapa saya patut ataupun harus kesal.

Didepanku inilah dosa manusia, berbentuk berbagai macam benda, dari padat sampai cair. Ini dosa manusia yang bergunung, yang menjulang tinggi, dan yang kuyakini hanya sebagian kecil dari banyak. Sampah adalah ciptaan manusia, koleksi yang tak pernah diakui namun semua orang mengoleksinya, dan sekarang, dosa, koleksi atau istilah apa saja yang cocok untuk sebuah bencana ini ada di depan saya.

Hahha, ingin tertawa saja, tertawa kesal yang pasti membuat orang lain mengira saya orang gila dengan sebab yang mereka tidak tahu. Ohh iya, lupa memerhatikan meraka, mereka yang mendaki 'gunung ajaib', mereka yang mengais dosa2 itu, mereka yang berpakaian unik dari manusia2 lainnya, dan mereka yang saya kasihi, yang saya kasihani.

Dari pengamatan saya, itu adalah sebuah pekerjaan, perkerjaan mulia menurutku. tak perlu nama perkerjaannya, saya malas bilang karena identik di telinga masyarakat dengan pekerjaan yang menjijikkan, telinga mereka yang tidak mengerti mereka, atau mereka yang membuat telinga mereka untuk tidak akan pernah mengerti tentang mereka.

Saya beri nama lagi saja, ini namanya 'Pekerjaan Mulia'. Memang mulia lah, mereka mempertanggung jawabkan dosa2 dan koleksi manusia yang tak berguna, mempertanggung jawabkan barang yang bukan hak-nya yang telah menjadi kewajibannya, mempertanggung jawabkan dampak dunia dalam bentuk kecil namun arti besar.

Tujuan mereka, tentunya mencari rezeki, memberi makan keluarga maupun orang2 yang mereka sayang, memberi makan diri mereka sendiri. pekerjaan halal mereka, tak perlu gengsi2an, tak perlu repot2 tampil sempurna, tak perlu memikirkan apa yang mereka akan korupsi, dan perlukah saya membandingkan dengan orang tua - orang tua disana yang bersahaja, berdasi, berpeci, berkilauan, berkharisma, dan ber- yang semua adalah sok. Sok yang menyembunyikan tuduhan mereka sebagai manusia yang tak bermoral, yang menutupi mereka dari sebutan koruptor yang merampas hak negara, yang menyembunyikan harga diri mereka yang lebih rendah sebagai koruptor dibanding 'pekerjaan mulia' yang sebelumnya saya bilang. Wahai ibu bapak non kandungku, sadarlah kalian, sampah dan koruptor punya hubungan yang erat. Kalian mungkin belum menyadarinya, tapi 'belum' adalah dimana proses menuju pencapaian, dan berharaplah sampai itu tercapai.

Saya berdoa untuk kalian, dan mungkin manusia2 perkerja mulia itu malah lebih dahulu mendoakan kalian. Mendoakan kalian sehingga kalian sadar betapa riangnya hidup mereka tanpa kebohongan. Kejujuran ditemani tumpukan sampah, sampah yang sedikit mengotori jalan mereka dalam mencapai cara pandang yang sederajat dari orang lain yang tak mengerti sepenuhnya akan mereka.

Tak sadarlah saya, tak sadar telah berlinang air mata, walau itu cuma dalam bidang khayal saya yang secara tiba2 kembali nongol, dan kuharap air mata itu nyata karena memang tak pernah ada air mata di hari itu. Hmm, tapi mungkin ada, di mereka si pekerja mulia, walau kuharap jangan ataupun takkan pernah ada dikarenakan kesedihan dan ketidakkuasaan.

Dan mungkin cukup sampai disini, 'gunung ajaib' dan teman2nya pun membuat saya lupa sekilas akan ekspresi si ibu yang telah menyuruhku sedari dulu pulang. Ok lah, dan anak itupun kembali menancapkan gasnya dan kembali mengadakan kontrak kerja sama dengan motornya agar sistem bisa membuatnya kembali pulang dengan lebih cepat dan baik. "dadah 'gunung ajaib'", kulambaikan tangan pada itu sampah yang menjulang tinggi, seperti meninggalkannya dan akan bertemu kembali dengan kondisi yang lebih baik satu sama lain. Kuharap begitu, sampai ku betul2 jauh dan tak terlihat oleh si 'gunung ajaib' yang tak punya mata, dan sampai ku tak lihat pula sampah itu lagi karena memang saya sedang menghadap ke depan dan tidak membalikkan pandangan kebelakang di mana 'gunung ajaib' itu berada, dan dimana kemungkinan akan membuat saya mendapatkan kecelakaan yang fatal.

Terus melihat kedepan dengan pandangan lurus. "I'm coming, mama", kata hati anak tersebut.

24 Maret 2011

Saya Dan Asap Udang Bakar

Saya sudah mandi, saya sudah harum, saya sudah rapi, saya sudah semuanya. Saya sudah semuanya saat saya sudah berada dia atas motor. Untuk apa saya berada diatas motor? kalian penasaran? hohho, saya sebenarnya ingin mengendarainya. Untuk apa saya mengendarainya? hohho, saya mau pergi les. Menuntut pada ilmu, karena kalau saya tidak tuntut itu ilmu, pengadilan akan menjadi pengangguran.

Jam 19:43:37 (detiknya ngaco) di malam yang agak dingin itu karena kebetulan awan yang agak hitam itu juga sedang menangis, dan untungnya saja menangisnya tidak sama dengan adik bungsu yang ketika menangis bila dicubit. Alhamdulillah...... kenapa Alhamdulillah? karena saya bersyukur awan tidak menangis seperti adik bungsu saya, karena juga bila menangis seperti itu..... selain saya basah kuyup, saya beserta adik pertama saya tidak akan bisa menuntut ilmu pada malam itu. Iya, saya lupa bilang..... saya les, menuntut ilmu, bersama dengan adik saya yang kelaminnya sama dengan ibu saya. Dan teringat lagi saya sama ini awan, ini hujan, dan ini air mata hujan. Bisa dibilang rintik2, dan itu membuat semangat saya belum tergoyahkan dan mungkin tidak akan pernah tergoyahkan sampai saya menginjakkan kaki di tempat tujuan.

Akhirnya, mulailah saya menancap gas bersama 2 teman saya yang saya ekori dari belakang, bernama Imam Al Ghyfari dan Fajar anzari..... yang namanya bisa kalian search dan add as friend di fesbuk (jika mereka tahu, seharusnya saya mendapatkan honor yang setimpal karena telah saya promosikan mereka di blog saya ini, tapi karena saya orangnya baik (amin) jadi itu tidak masalah). Ya, mereka itu dua tadi habis bermain dan ketawa ketiwi bersama saya di rumah sebelum saya pergi les layaknya saat ini. Tapi jam malam mengharuskan mereka juga menemui orang tuanya yang mungkin sudah khawatir karena ini anak dua sudah nongol di rumah orang tua saya setelah menuntut ilmu2 yang ada di sekolahnya.

Dikarenakan takdir yang memisahkan rumah orang tua kami, akhirnya di pertigaan kami berpisah. Imam dan Fajar yang satu jalur membuat mereka pulang bersama untuk sementara..... sedangkan saya pergi berdua dengan adik saya selepas memberi salam persampai-jumpaan pada anak 2 itu tadi. Ya, akhirnya mulailah saya mengarungi aspal2 Makassar.

Kondisi malam di Makassar dibandingkan paginya sangat berbeda...... berbeda jauh. Tahukah kalian apa bedanya? bedanya adalah, saat malam.... Makassar agak gelap, kadang malahan gelap sekali, sedangkan saat pagi, makassar agak terang, agak panas, dan kadang sangat panas, kadang juga sangat panas sekali, kadang juga' terang sekali, tapi pernah juga mendung, pokoknya banyaklah. Tapi saat ini, Makassar di malam hari terlihat penuh kilau2. Itukah dari kendaraan sampai lampu2 jalan yang berbaris kurang rapi di pinggiran jalan. Membuatku cukup bersemangat melewati malam ini. Melewati mereka2 para pengendara alat2 transportasi yang berbeda wajah dengan saya. Namun, pikiran saya itu buyar segera. Kenapa bisa? ya, itu karena tiba2 saya membaui bau yang menurut saya itu tidak sedap dan tidak mengenakkan di hidung. Bau yang tercium setelah saya melewati salah satu warung makan di samping kiri saya yang tidak mungkin engkau tahu di mana warung makan tersebut dikarenakan saya tidak punya niat untuk memberitahunya kepada kalian. Kucium baik2, itu bau udang.

Belum pernah kah kuberitahu pada kalian semua, saya alergi sama udang. Mulut, lidah, langit2, dan gigi saya (sepertinya, gigi tidak termasuk) jadi gatal semua dibuatnya. Tapi, itu kalau kukonsumsi, masuk ke mulut. Sepertinya asap takkan berpengaruh. Tapi ya, itu cuma pikiran sementara.

Ya, akhirnya sampailah saya di tempat les tempat saya akan berbacot-bacotan bahasa inggris dengan guru dan teman. Memang, ini tempat les bahasa inggris, bukan bahasa timur leste, karena bila ini tempat les bahasa timur leste, pasti ibu saya tidak tertarik dan saya yakin memang tidak akan pernah tertarik untuk mendaftarkan saya di sana. Tapi, membicarakan ini membuat saya lupa bahwa saya sudah menaiki tangga menuju kelas saya yang tentunya berada di lantai atas. Kudapatkan kelasku yg sudah dirimbuni teman2 saya yang mempunyai berbagai jenis kelamin dan guru saya yang terlihat sedang menunjuk-nunjuk pada papan tulis. Ya, beliau mengajar dengan wajah mudanya. Ohh iya, kenapa kelas ini sudah tampak ramai dan proses belajar tampak pula sudah dimulai. Hohho, kalian benar.... saya terlambat, terlambat sampai, terlambat datang, terlambat menghayal, terlambat naik tangga, terlambat memasuki kelas, terlambat untuk berpikir bahwa saya memang terlambat. Dan setelah kusesali semua perbuatan tidak terpuji itu selama mungkin kira-kira 7 detik, akhirnya saya membuka pintu... (ohh iya Lupa, tadi seharusnya ditambahi lagi 'terlambat buka pintu') Kuucapkan salam yang berbunyi "Assalamualaikum" dalam hati. Tapi betapa berdosanya mereka, mereka satupun tidak ada yang membalas salam saya yang merdu dan malah hanya berteriak-teriak tak jelas setelah melihat sosok saya yang memasuki kelas. Ohh iya, saya lupa..... saya tak jadi membilangi mereka 'berdosa' dehh, kan saya lupa bahwa saya tadi memberi salam dalam hati. Kau tahu dalam hati? yang cuma Allah SWT dan saya saja yang tahu, yang pastinya manusia2 dalam kelasku ini tidak mendengar salamku yang seenaknya saya puji sebagai salam yang merdu. Tapi itu tidak penting, yang penting saya selamat masuk di kelas.

Akhirnya saya duduk di atas bukan meja, maksud saya saya duduk di atas kursi. Kursi yang berguna untuk menopang pantat saya, yang seminimal-nimalnya menahan kentut saya sehingga bila itu terjadi, sianida dalam bentuk gas yang pernah dipakai dalam perang ke-2 tidak merasa tersaingi dan teman2 saya dalam kelas tidak mati syahid karena mereka sedang menuntut ilmu dan mati syahid ato konyol karena tiba2 kentut saya menusuk hidung mereka dan mematikan kinerja otaknya. Tapi sekali lagi saya katakan kalau itu tidak terjadi, saya tidak kentut di sini (berarti...... di tempat lain?) dan saya tidak akan tega meracuni teman2 dan guru saya. Dan dengan cepatnya saya sadar kalau sekarang saya seharusnya menuntut ilmu di sini, menuntut bahasa amerika ini, dan malah tidak seharusnya saya diperkenankan untuk berbicara tentang kentut.... walau memang yang memperkenankannya adalah diri saya sendiri. Sudah sudah, ini memang salah kursi.... kursi yang menyebabkan saya berbicara tentang kegunaan-nya menahan kentut dan akhirnya malah membicarakan panjang lebar tentang kentut itu sendiri. Kita tinggalkan saja topik itulah, karena itu bisa menjatuhkan pamor saya menurut pembaca.

Ya, kita kembali dalam aksi saya dalam kelas. Kau tahu apa yang saya sedang lakukan? saya sedang sibuk mencakar. Tunggu dulu, ini kan bukan pelajaran matematika, kenapa bisa mencakar? arghh, perlu diketahui bahwa sebenarnya saya sedang mencakar diri saya sendiri. Bahasa formalnya, 'menggaruk'. Ya, apa pula yang menyebabkan diri saya menggaruk garuk badan sendiri selain kutu, tidak mandi, dan mandi, tapi di got. Ohh, salah salah.... tidak pada ketiganya. Saya tidak punya kutu (tapi cacing banyak), dan saya juga mandi kok.... saya kan anak yang rajin menjaga kebersihan tubuh, dan juga saya memang mandi tapi tidak di got. Saya juga punya kamar mandi yang dulu pernah tukang batu bikin karena orang tua saya yang membayarnya. Bukan karena orang tua saya kejam, tapi memang itulah kerja dari tukang tersebut. Dia senang dapat uang, saya juga senang bisa bisa menabung dalam hasil karyanya, semua senang kok.

Jadi, apa gerangan yang membuat saya menggaruk sana sini? ohh, aku ingat..... keganjilan yang saya lewati tadi, yang saya anggap itu adalah sebuah gangguan. Ya, saya teringat sama udang asap, ehh.... maksud saya asap udang bakar yang saya lewati tadi. Bukan berarti saya mengingatnya karena saya jatuh cinta kepadanya, tapi malahan saya menganggap benda itu (si asap) yang menyebabkan badan2 saya bentol2 merah begini. Masalahnya, ini pertama kalinya saya begini, dan pasti kecurigaanku jatuh pada udang dan asapnya itu.

Teman saya yang duduk di samping saya bernama Mubayyinul Haq, yang biasa saya panggil inul ato inoel. Jangan lah kau teringat pada kata daratista, ngebor, pantat, dangdut, ato semacamnya lah. Saya tahu, kalian pasti berpikir macam2, tapi janganlah begitu karena manusia itu adalah teman saya dan dia itu laki2. Ya, dia laki2 yang berkata sama saya "we, faran.... kenapa muka'mu bentol2 begitu".... saya jawab dengan menceritakan kembali apa yang tadi saya curigai yang membuatnya bertanya kembali "alergi udang ko kah?" dan menghasut saya untuk membuka mulut dan menjawab "iya".

Arghh, saya semakin stress, kurasakan  memang bentol2 yang ada di wajah saya, tangan saya juga gatal2, yang penting saya di sana waktu itu seperti orang mandi kembali.... ya, mandi garukan.

Akhirnya saya ingin izin untuk mencuci muka' saya di kamar mandi, mungkin bisa mengurangi dampak bentol2nya. Setelah menemukan toilet, disitulah saya berkesimpulan bahwa itu adalah toilet dan mungkin bisa dibilang nama lain dari kamar mandi karena memang kau sebenarnya bisa mandi didalam sana kalau kau bawa handuk, underware, pakaian ganti, sabun, shampo, dan sikat gigi-mu. Tapi itu takkan saya lakukan karena memang saya tak berpikir itu untuk diri saya sendiri, saya cuma ingin mencuci muka saya.

Akhirnya kunyalakan air keran dan turunlah air terjun kacil-kecilan yang saya pegang itu air dan kubasuh -lah di wajah saya. Tiba2, mata saya tertuju pada sabun cuci tangan yang saya tidak tahu kenapa bisa ada di situ dan kenapa saya mulai mendapatkan solusi yang cukup cemerlang. Betul, saya crot2 itu sabun cuci tangan ke tangan saya. Hohho, tidak tidak.... saya bukan ingin mencuci tangan, mentang2 ini sabun cuci tangan. Saya timbuni muka' saya dengan sabun itu, dan gosok2 sampai berbusa, dan kemudian bilas lagi karena saya tidak mungkin langsung menyudahinya dan masuk ke kelas dengan wajah penuh busa layaknya orang salah minum baygon.

Akhirnya, sesudah membilas.... saya kembali ke kelas, masuk ke kelas dan kembali duduk di kursi kelas semula layaknya tak pernah terjadi apa2. Tapi, sepertinya masih sedikit gatal dan garuk2 kembali terjadi. Si inoel bilang "agak mendingan mi", tapi itu terdengar seperti penenang buat saya saja.... karena memang dari tadi muka' saya seperti mau makan orang. Bukan berarti saya lapar atau saya kanibal, tapi saya stress sangat. Saking stress nya, saya seperti mau makan ini bentol2 di muka saya. Tapi, apa daya.... Akhirnya aku tahu mengapa Allah menciptakan mulut tepat berada di wajahku dalam keadaan normal layaknya manusia lain. Ya, mungkin supaya memang saya tidak akan bisa betul2 memakan bentol2 di muka saya ini.

read me next time =P

20 Maret 2011

Saya Dan Motor 'Keren' Saya

Motor supra fit warna biru silver. Berdebu, kelihatannya biasa saja. Sudahkah cukup, ku deskripsikan ciri2 motor ayah yang beliau wariskan kepadaku? Ohh iya, satu lagi..... kursinya sepertinya punya sedikit masalah, 15 menit kau duduk diatas itu, siap2lah cari tukang urut. Untuk pemula, tulang bokongnya akan jadi kaku. Ya, sepertinya terlalu berlebihan...... nama lainnya pegal. Walau begitu, tetap saja ku pakai motor ini mengelilingi jalanan makassar yang memang kadang kukelilingi karena ada saja hasrat2 untuk mengelilinginya. Ohh, aku sudah mengucapkan kata dasar "keliling" itu 3 kali dengan imbuhannya yang berbeda, maaf.

Ya, dan begitu memang cara menikmati motor. Saat kau punya motor, selain mengendarainya.... apa lagi yang akan kau lakukan bersamanya? mungkin selain bercumbu dengannya (kadang, dilakukan oleh pengendara motor yang terlalu mencintai dan menyayangi motornya secara berlebihan dan vulgar..... dikarenakan juga karena dilakukan di muka umum, atau di dalam garasi yang kosong), kau akan mencucinya bila terlihat kotor. Sayangnya, saya nda' pernah cuci ini motor. Malaslah, ada orang rumah yang kadang mencucinya. Mungkin dikarenakan kurangnya rasa sayangku dengan motor butut ini.

Dan, kebetulan motor yang tadi kuketik sebagai motor butut 13 detik ini yang lalu akan ku kendarai menuju Al Biruni, SMP saya dulu, tempat saya belajar, tempat saya tidur, tempat saya bermalas malasan, tempat saya memajaki adik kelas, dan tempat saya untuk ditujui waktu itu.

Yahh, starter tangan yang tidak lagi berfungsi memberi sugesti kepada kaki kanan saya untuk melakukan ritual penghentakkan starter kaki. Wow, saya yang sudah berpengalaman tentu dapat melakukannya cukup dengan satu kali hentakkan kaki. Akhirnya, dengan goncengan setia saya..... tas bodypack andalan saya, kutancaplah gas menuju albiruni.

Ya, jalanan makassar seperti biasa2 saja, penuh bolong2, got kanan kiri, kucing jalan2, suara motor bogar, pete2' (angkot) yang nda' peduli jalanan, ibu2 pengendara motor yang lelet, anak2 yang berlari melintasi jalanan, pohon2 yang tak rimbun, langit dengan matahari nya yang menyengat, sampai bangkai tikus yang sudah dilindas lindas motor, mobil, becak, pete2', bentor, sepeda, pesawat...... tak ku tahu berapa kali itu tikus sudah dilindas. Untuk apa kupikirkan, yang penting bukan saya yang dilindas, tapi bukan berarti saya termasuk pelaku pelindasan juga..... terlalu tinggi harga diri ban motor saya untuk menginjak tikus yang tak tahu berdosa atau tidak berdosa itu.

Ya, baru terpikirkan...... memikirkan bahwa untuk apa saya memikirkan tikus tersebut, padahal dari tadi memang tikus itu yang saya pikirkan. Walau tahu tikus itu tidak pernah memikirkan saya, tapi itu wajar karena memang kami belum kenalan. Tak kenal maka tak sayang. Walau mau kenalan pun, memang tidak mau dan tidak akan pernah mau karena saya takut tikus. Nah, saya takut tikus tapi saya suka nonton Tom And Jerry duLu (DULU) (Kayaknya) (iya iya iya, sekarang juga' masih suka nonton) (tapi perasaan filmnya nda' ada lagi). Itu kan beda lagi, karakteristik jerry dan tikus asli berbeda jauh lho. Nah lho, katanya tadi tidak mikir tentang itu tikus, tapi buktinya sampai tikus kartun pun kupikirkan setengah hidup.

Ya, dan perbincangan (lebih tepatnya, perdebatan) dengan pikiran aneh saya sendiri membawa saya melupakan waktu untuk sementara sehingga tak terasa saya sudah berada di kompleks yang menurut pengalaman saya dari dulu, lewat sini menuju albiruni cepat lho. Nah, tampak di depan sana ada belokan dengan tanjakan miringnya yang kira2 setinggi 25 cm. Ya, saya yang seperti pembalap walaupun tidak ingin jadi pembalap dan tidak pernah diakui oleh negara sebagai pembalap, dengan 'hebat' memiringkan motor saya saat di pembelokan tersebut layaknya Valentino Rossi yang mulai mengejar Michael Schumacher.

Ohh, dan memang jika Allah sudah berkehendak. Pikiran saya sepertinya sudah berubah menjadi mode pasrah. Tahukan kalian kata 'hebat' yang tadi kuucapakan (sengaja saya kasih tanda petik supaya gampang kau lihat dan memberi sensasi tegas) itu cuma merupakan kesombongan belaka, kebohongan belaka, dan kemimpian belaka saya. Dosa saya merasa diri saya hebat, dapatlah daku peringatan yang dapat beta ingat setiap hari dan mungkin akan menjadi selamanya, dan mungkin memang sudah ditakdirkan dari langit sebagai kenangan yang selamanya terukir di memori ini.

Ya...... saya jatuh dari motor, motor butut saya, ehh.... motor keren saya terpeleset pas di tanjakan dikarenakan ketinggiannya kepedean saya melewati sesuatu tersebut, bukan karena ketinggian tanjakan tersebut, atau mungkin kepedean saya yang melebihi tinggi tanjakan tersebut yang membuat tanjakan tersebut merasa tersaingi dan iri, dan sengaja berusaha meninggikan badannya (aspalnya) saat kumulai melewatinya dengan aksi layaknya Valentino Rossi gagal yang mengejar Michael Schumacer (secara Logis, menurut saya rossi akan selamanya kalah jika duel bareng ama M. schumacher). Ya, tapi dipikir pikir..... kayaknya alasan itu cuma keluar dari pemikiran sok rumitku yang aneh dan berbelit belit yang kadang kambuh saat kumulai stress, ada pikiran, dan ada yang enak untuk dipikirkan.

Ohh iya, sekalian curhat..... ini kejatuhan saya dari motor yang ketiga kalinya. Sisanya yang 'dua' itu nda' usah kuceritakan lah, bukannya tidak menarik...... tapi memang tidak menarik. Dan yang ketiga ini nda' tau mengapa mendorong saya untuk menjadi pemalas untuk sementara. Hahh, apa maksudnya sodara2? 17 detik saat selangkanganku kurasa sudah terlepas dari motor butut, ehh..... keren itu..... 2 memori masa lalu saat ku pernah jatuh dari motor ini pun kembali terngiang ngiang di atas kepalaku (lebih tepatnya, di dalam kepalaku). Rasanya yang 'dua' itu cukup memberi saya pengalaman untuk yang ketiga ini, yang ketiga ini rasanya biasa saja, tidak ada rasa kaget, jantung tidak berdebar debar kencang seperti dulu, pandangan mata yang dulu yang tidak ingin mempercayai apa yang sudah terjadi, sekarang cuma pandangan penuh dengan warna biru dan awan2 yang tampaknya lembut..... matahari tidak tahu jalan2 entah kemana. Lahh, kenapa biasa pemandangan Langit? ya betul, waktu itu saat terjatuh..... saya masih tidur2an dulu. Kenapa bisa? nah, itu karena motor saya yang menimpa kaki saya, sepertinya sengaja..... padahal saya sudah berhenti memanggilnya butut. Supra sayangku, saya sudah mengedit tittlemu menjadi "keren".

Nah, kembali ke kaki saya dan motor saya, ya itu lah masalahnya. Kakiku jadi tidak bisa digerakkan, ini motor pula membuat paha saya menjadi rapat layaknya perempuan paskibra yang salah alamat. Ohh iya, saya ini orangnya kadang2 (KADANG2) mudah terlena dengan ciptaan Allah...... Tuh, liat langitnya, awannya, indah kan (matahari memberi saya kesempatan). Enaknya bersantai diatas aspal dalam kompleks ini, dengan kepala yang beralaskan kedua tanganku yang sengaja memang untuk membuat kepala saya terasa lebih nyaman. Ya, saya terlihat seperti bule coklat berjemur jika disyuting dari atas.

Apakah saya masih sempat berfikir? ya, masih sempat berfikir yang lain? berfikir bahwa dalam keadaan tersebut, manusia lainnya yang nun jauh disana mungkin tertimpa accident seperti layaknya saya pula walau mungkin juga waktunya lain, tentunya akan segera berdiri, mengangkat motornya dari kakinya atau pahanya yang ciri2nya sudah saya bilang tadi, kemudian membersihkan bajunya yang kotor karena berciuman dengan aspal, habis itu kembali mengendarai motornya dan kembali juga meneruskan perjalanannya yang tentunya bukan albiruni..... karena mereka orang lain, dan saya yakin mereka tidak tahu makhluk apa itu albiruni, maksud saya "apa itu albiruni?".

Nah, sedangkan saya.... dibandingakan dengan objek manusia khayalan saya tadi yang mau berusaha berdiri bangkit dari kejatuhannya bersama motornya, saya cuma tidur2an layaknya bule yang..... (nda' perlu dibilang dua kali). Cuma tidur2an dan menikmati ciptaan Allah. Hohho, nda' berdosa toh..... saya juga yakin, bahwa Hadist Rasulullah tidak pernah menyebutkan bahwa menikmati keindahan alam yang telah Allah ciptakan sambil tidur2an di atas aspal dengan kedua paha yang rapat layaknya... (kau sudah tahu) karena terhimpit motor KEREN saya, itu adalah perbuatan dosa. 100% hadist itu tidak akan ada. Kalaupun ada, palingan hadist dari teman saya yang kadang bercanda berlebih lebihan mengaku bahwa dia adalah nabi ke-26. Tentulah saya tidak percaya, bayangkan saja..... hadist pertama yang dia buat dan kebetulan juga yang saya dengar pertama kali adalah saat waktu itu di SMA saya sedang dilanda hujan dan guntur yang datang berkali kali..... saya sampe berkomentar kalau saya nda' suka bunyi guntur, dan dia pun menjawab walau menurutku itu tidak merespon dengan apa yang saya sudah bilang tadi dan terlihat idiot..... dia bilang "itu guntur, kentutnya tuhan..... makanya terdengar dari langit". Lahh..... saya cuma bisa melongo. Semoga Neraka tidak menelan dia, amin..... ehh, ya Allah... saya juga, amin.

Dan, kembalilah lagi ke kesadaran saya yang masih tidur2an di atas aspal tersebut. Lahh, kenapa saya berhenti menghayalkan kisahku dan temanku itu. Ternyata ohh ternyata, ada seorang anak muda yang mendapati saya tertimpa motor layaknya cewe' paskibra yang..... (hampir saja). Saat menyadari keadaan tersebut, saya kaget setengah hidup lagi. Dan, saat saya melihat pemuda tersebut..... ohh my god, sempat giginya terlihat, lesung pipitnya, kelopak mata bawahnya yang mengerut, tidaakkkkk..... dia tadi menahan tawa dan dengan sok perhatiannya, menanyakan keadaan saya walaupun terdengar lebih tepatnya bahwa dia menanyakan dari rumah sakit jiwa apa saya berasal. Setelah sadar bahwa salah satu kebiasaan saya yang bisa disebut aib itu ketahuan, saya pun segera duduk dan berdiri setelah mendirikian motor butut, ehh..... keren saya yang telah membuat paha saya terlihat seperti..... (tidak lagi).

Pertanyaan pertama pemuda tersebut yang belum saya jawab membuat dia menanyakan keadaan saya untuk yang kedua kali. Nda' tau kenapa, saya juga jadi cengengesan setengah mati (sekarang ingin bunuh diri) dan menstarter motor segera dengan cepat dan menjawab pertanyaan pemuda yang terlihat tua tersebut bahwa saya baik2 saja. Setelah menancap gas, sempat pula kubalikkan wajah jelekku satu kali untuk melihat pemuda itu untuk yang terakhir kali. HOLY SHIT, DIA TERTAWA..... OHH MAN, DIA TERTAWA, DIA MENERTAWAKAN SAYA LEBIH TEPATNYA... KATA LAINNYA, SAYA DITERTAWAKAN OLEH DIA. DIA SI PEMUDA YANG TERLIHAT TUA DAN TIDAK PERNAH KUTAHU ALASANNYA, MENGAPA DIA KUPANGGIL PEMUDA SAMPE SEKARANG PADAHAL SAYA JUGA MEMBILANGINYA 'TERLIHAT TUA' (ok, cukup sampai d sini caps locknya). Dan, tawa itu ternyata belum berakhir..... didepanku terlihat2 perempuan2 berseragam baju olaharaga yang menurut penelitianku, adalah perempuan murid smp seberang yang disuruh lari keliling entah berapa kali oleh guru olahraganya yang agak gemuk dan kumisan. Aku juga tidak pernah tahu mengapa saya langsung menghakimi gurunya dengan mencirikannya gendut dan memakai kumis, tapi itu tidak penting.... karena memang khayalan saya memang tidak pernah penting dan tidak akan pernah penting walaupun saya kadang berharap, khayalan saya suatu hari akan penting bagi bangsa dan negara (ya, yang ini juga termasuk khayalan).

Kembali ke perempuan2 tersebut, didepan saya mereka tampak menahan tawa.... dalam arti mereka sedang tertawa tapi menyembunyikannya dengan kedua tangannya yang Alhamdulillah telah Allah karuniai tangan itu kepada mereka. Dan, setelah saya melewati mereka semua..... akhirnya terdengarlah suara tawa mereka. Balik muka'? no way, saya sudah tau persis bagaimana dia akan tertawa walaupun secara logis bisa dikatakan bahwa saya belum pernah melihat wajah mereka seluruhnya. Dan, setelah itu tidak ada lagi yang tertawa di depan saya. Orang bandelnya sudah habis, baguslah itu.

10 meter menuju albiruni, aku pun merenung (bukan menghayal)....... ya, aku merenung...... merenung, bahwa saat ku menikmati Indahnya Ciptaan Maha Kuasa, ternyata dapat juga membuat orang lain tertawa gembira..... ya, tepatnya tertawa kepadaku. Tanpa sadar, setalah menginjakkan kaki di albiruni..... teman2ku bertanya mengapa saya tertawa terbahak bahak. Ya, saya juga ikut tertawa..... bukan menertawakan mereka, tapi tertawa bersama mereka, mereka yang tadi menertawakan saya.

Saya Dan Matahari Terbit

Ini teras. Ini kursi bambu. Saya sekarang berada di atas kursi bambu yang berada di teras. Aku duduk di sini setelah subuhan. Udara masih dingin, Langit masih gelap, awan masih samar2, dan saya masih termangu.

Ohh iya, aku lupa.... periksa2 sedikit, akhirnya kudapatkan earphone d kantong kiri celanaku. Periksa2 banyak, akhirnya kudapatkan juga hp nokia xpress music 5220 ku yg berwarna merah. Kusambungkan kedua alat itu sebagaimana orang lain melakukannya, bedanya saya sambil mengangkat satu kaki, sambil duduk, sambil menggaruk, sambil sandaran, sambil semuanya.

Ku memulai tuk memilih lagu, terlihat dari layarnya tercantum nama Sheila On 7 dan spasi strep spasi judul lagunya. Ku pencet play di judulnya yg bertuliskan 'Kita'. Teralun lah suara merdu Duta diiringi musiknya yang mengalir kompak dan nyaring. Hahh..... apa lagi yang kurang, kurasa ini semua sudah syahdu. Kadang, saat2 dimana kau sedang sendiri akan membuatmu merasa begitu nyaman dan tenang. Sandaran ku mulai lemah menandakan ku terlalu menikmati keadaan ini. Bukan ngantuk, tapi santai.

Seiring dengan itu semua, terdengar pula bunyi kokokan ayam yang ternyata masih dapat menembus ke telingaku. Apakah aku juga melupakan ini, semua pemandangan mulai terlihat cerah sedikit demi sedikit. Mulai hangat, mulai terang, mulai merasuk. Itu dia, sesuatu yang paling kutunggu padahal ku baru mengingatnya untuk menunggunya 3 menit sesudah menyimpulkan bahwa ini yang paling kutunggu. Mulai tampak, tampak dari ufuk timur...... itu dia itu dia itu dia, matahari terbit. Anugerah Allah, Kuasa Allah. Yang menerangi bumi ini selama 12 jam. Yang bersembunyi menyimpan keindahannya kembali agar manusia sepertiku tidak bosan dan memang tidak pernah bosan, selama 12 jam pula. Kadang ayam yang ku tak tahu darimana kembali berkokok lagi, burung2 pun tampak terlihat beterbangan karena memang takdir burung tersebut tidak bisa berjalan. Angin yang dahulu dingin mulai menghangat, dan langit yang dahulu gelap mulai menerang.

Alhamdulillah aku tidak bisu, tapi nyatanya saat ini aku tak dapat berkata apa2. Selain karena faktor tidak ada spesies mamalia layaknya saya di sini sekarang, faktornya pula karena aku tidak tahu ingin berkata apa, dan memang tidak bisa tahu karena saat ini yang terus bergerak di tubuhku adalah mata, kelopak mata, bulu mata, dan hati. Tak ada salahnya kan ku nikmati ini sepenuh hati sebelum bola panas tersebut semakin naik keatas dan berubah suhu yang merangsang tubuhku untuk mengeluarkan keringat.

Yahh, nikmati saja..... aku kan tidak pernah tau kapan aku akan mati.

Saya Dan Botak

Ohh rambut, mengapa lama sekali engkau tumbuh menjulang tinggi. Sebagai poni yang menutupi jidat lebarku, sebagai cambang layaknya gantungan tarzan, sebagai ekor layaknya ekor kuda.

Bosan sudah aku dengan rambut pendek ini. Sistem dan peraturam sekolah makassar apakah harus begini, memaksa para muridnya membuat rambut mereka menjadi rapi (menurut mereka), tapi menjadi botak (menurut kami).

Kata sebagian dari guru berjanggut mereka, itu supaya bertujuan agara kami bisa mudah menangkap pelajaran dengan baik. Ckckck, what the hell baby.... apa hubungannya rambut dan daya tangkap kami terhadap pelajaran. Tetap saja di antara kira-kira 15 murid laki-laki botak di dalam kelas itu di akhir semester ada yang sudah siap2 menerima teriakan dan amarah dari orang tuanya dikarenakan rankingnya yang paling rendah. Memang, tetap saja si botak tersebut mendapat jabatan ranking terakhir. Lahh, kenapa bisa..... saya kira dia sudah botak, jadi pasti sudah bisa menangkap pelajaran dengan baik. Dan, kenapa kadang ada anak perempuan yang menduduki posisi pertama. Lahh, kuliat rambutnya panjang. Telinganya pun tak terlihat lagi, terkubur rambutnya yang menurutku tak pernah bermandikan shampo selama dua minggu.

Hey guru, sadarlah. Apa gunanya kau mengelilingi seluruh kelas satu kali dalam sebulan, dengan membawa gunting di tangan kananm, dengan gigi yang terlihat runcing layaknya singa yang kelaparan, dengan mata yang tajam mengeksplor anak2nya yang berambut gondrong, dengan beberapa tingkatan kerutan di jidat-nya seperti sedang memfokuskan sesuatu, dengan sangat serius dengan langkah kaki gajah yang menghentakkan lempeng bumi dan berjarak 32 cm antara kaki kanan dan kaki kiri, dengan aura kejahatan dan ketidak-sabaran yang bukan dilihat tapi dirasakan olehku atau mungkin oleh semua anak dengan alis yang tidak tersisir, dengan rapi walaupun sampai sekarang ku tahu..... tidak ada manusia yang pernah menyisir alisnya selain saya yang pernah mencobanya saat masih menginjaki kelas 1 sd. Hey guru, engkau menyuruh kami untuk botak..... tapi kami dapat mengukur panjang rambutmu bahwa itu lebih dari 12 cm. 12 cm bagi kami itu bukan botak.

Hey guru, aku kira kalian semua adalah panutan kami. Apa yang akan kukatakan pada anak2ku kelak untuk menjadikan guru yang baik sebagai panutannya, sedangkan guru saya ini berambut panjang yang menyuruh anak muridnya dengan semena mena merelakan uangnya dan bensinnya untuk pergi ke tukang cukur. Merelakan uang untuk sesuatu yang kami tidak inginkan dan terpaksa menginginkanya walau memang tidak mengiginkannya. Hey guru, ketahuilah...... tidak pernah tercantum syarat masuk ITB, UI, dan UGM dengan rambut botak. Hey guru, percaya daku..... orang botak juga ada yang tinggal kelas, suka bolos, nakal, durhaka, dan masuk neraka. Dan hey guru, yang terakhir...... apakah engkau baru bisa tersenyum, saat melihat kepala kami bisa memantulkan sinar matahari?

13 Februari 2011

Saya Dan Pengistilahan

Saat ini aku hanya ingin menulis sesuatu dengan bebas, tentang sesuatu yang menjelaskan sesuatu secara tidak jelas (menurutku). Tidak jelas tak berarti selalu membuatmu menanggapinya dengan longoan alias tidak mengerti, malah bisa saja hal yang tidak jelas membuatmu penasaran dan mencari tahu apa arti sesungguhnya dari hal yang tidak jelas tersebut menjadi sesuatu yang jelas dan dapat kau mengerti dengan baik. Ya, itu tergantung dari penanggap yang membaca..... siapa tahu IQ kalian jongkok dan tidak mengerti apa yang kuutarakan, tapi.... setalah kupikir-pikir, bisa saja kalau IQ saya yang sebenarnya jongkok. Hmm, biarkan itu menjadi angin lalu..... untung2 supaya pamor saya nda' jatuh, ckckck..... Yahh, dimulai dari sini ku akan menulis sesuatu hal yang sederhana namun dengan definisi aneh menurutku.


Lembut, tapi sepertinya tidak.....
menamparku, tapi sepertinya tidak....
menciumku, tapi sepertinya tidak....
dingin, ini bukan kutub....
sejuk, ini bukan kebun teh....
segar, ini bukan sari buah....
kenapa ku tak dapat menggapaimu....
padahal kau selalu melaluiku....
erat tanganku sudah memerah....
namun kau sungguh tak dapat kugenggam....
mengapa kesejukanmu tak dapat kusimpan di toples kaca bekas kue kering ibuku yang sudah kusiapkan....
apakah kau takut.... denganku?
lihat, aku tersenyum padamu.....
tapi aku tidak pernah melihat senyummu.....
bisakah kau mencoba tersenyum sekali saja kepadaku....
bisakah kau berikan lambaianmu saat kau terpa wajah dan tubuhku untuk kesekian kalinya....
tapi, 5 menit menunggu cukup membuatku bosan....
di umurku yang masih belajar membaca ini tak dapat membuatku makin penasaran denganmu....
tiba2, terdengar suara lantang dari dalam rumah......
ibu memanggilku, sepertinya beliau ingin menutupiku dengan selimut lagi layaknya tadi malam....
apakah ibu memperhatikanku dari sudut mati ketika ku selalu menguap dan tampak kelelahan....
padahal, siang ini ingin kuhabiskan waktuku sendirian di teras rumahku yang serba hijau ini.....
baiklah, semoga salam terakhirku bisa menjadi perpisahan yang singkat untuk hari ini.....
angin sepoi2, sampai jumpa....


hai lampu, kurasa engkau punya saingan.....
diluar sana ternyata ada yang dapat mengalahkanmu.....
sinarnya melebihimu....
besarnya melebihimu....
indahnya pun melebihimu....
walau tak tercetak tulisan panassonic yang katanya ayahku adalah merek cukup berkualitas, tapi sepertinya lampu tak bermerek itu lebih berkualitas dari lampu2 lainnya....
dan yang kupertanyakan, mengapa lampu yang sangat bersinar dan raksasa ini biasa membuatku menutup mata.....
saat ku ingin lihat dia dengan jelas, dia malah seperti menutup mataku secara paksa dengan kekuatan magisnya.....
mengapa engkau sungguh pelit.....
indahmu ingin pula kunikmati
cahayamu ingin pula kupeluk.....
tapi sepertinya eranganku tak didengarnya.....
mungkin memang sampai saat ini lampu dengan telinga belum pernah diciptakan.....
ohh iya, selain mata..... kulit tubuh bisa menangis juga ya....
aku tak tahu, mengapa bila saat kunikmati cahaya ini..... badanku malah menangis, dan tampak seperti orang yang habis mandi.....
mungkin dengan cara ini, ibuku tak perlu repot2 lagi menyuruhku untuk mandi dengan air di dalam baknya yang dingin....
tapi sepertinya, aku selalu disuruh mandi saat dalam keadaan begini.....
dan sepertinya, walaupun sudah berada di tengah lapangan begini..... suara ibu yang lantang msih terdengar dari rumah dan tampaknya sedang memegang handuk layaknya kemarin sore....
kalau begitu, terpaksa kunikmati kau esok hari lagi dan mungkin seterusnya sampai ku mati....
dan memang sepertinya kau tidak pernah bosan bercahaya selain di saat ku harus terlentang di atas tempat tidur dan memulai tuk menutup mata menikmati mimpi yang kadang2 muncul begitu saja....
ok, kalau begitu......
dadah matahari......


aku cuma manusia yang bodoh....
tapi suka membaca buku......
aku suka membaca buku.....
tapi tidak pernah juara kelas.....
hal2 yang kadang berhubungan, kadang juga menjadi tidak.....
'kadang' memang sesuatu yang seimbang dengan 2 unsur hal yang berbeda....
mungkin bisa disebut keseimbangan.....
apa arti diriku saat ku cuma bisa membuat temanku tersenyum dan tertawa....
tapi tak bisa buat orang yang melahirkanku tersenyum bangga....
tidak bisa membuat orang yang mencarikanku nafkah hidup memelukku'....
di saat begini ku termenung.....
siapa yang bisa ku ajak tuk berbagi.....
teman? kurasa tidak, mereka mungkin tidak akan terlalu mengerti....
kata ibu, aku cuma bisa bicara...... tapi tidak bisa membuktikannya
apa aku harus lagi membantah dan berteriak "bukanya tidak bisa, tapi belum bisa".....
kurasa tidak, 15 tahun hidup bersamamu membuatku tahu bahwa beliau paling tidak suka di bantah......
jadi, terpaksa kuterima teguran ibuku yang mungkin sudah termasuk dalam kategori marah2 dengan lapang dada.....
semakin ku jawab teguran, semakin lama pula beliau menegurku..... memarahiku mungkin....
sampai saat ini, aku bingung.....
ingin rasanya kututup mataku.....
tapi ibu barusan menyuruh untuk mebaca buku yang sudah di belikannya......
tertulis "pintar fisika" sebagai covernya.....
argghh, seharusnya beliau tahu kalau aku paling benci dengan yang namanya fisika.....
aku cuma suka matematika.....
mengapa sesuatu yang tidak kusukai, malah diberikan kepadaku.....
tapi sebenarnya, akupun tahu alasannya.....
mungkin bisa di bilang, aku pura2 tidak tahu....
pura2 tidak tahu maksud ibu.....
bahwa hal rasa benci tersebut bisa menjadi rasa suka saat kita lebih mengenalnya......
jadi, akhirnya ku buka lembara per-lembar dan kubaca dengan khidmat dalam hati.....
kuberusaha untuk mengerti, kucoba tuk hapal rumus2nya, kujawab soal dalam bukunya.....
rumit, susah, dan membosankan.....
tapi, aku tak tahu dibalik semua ini..... saat diam2 ibu mengintipku dari sudut mati lagi yang mengamatiku tampak sedang belajar, beliau tersenyum.....
hey, senyum ibumu lebih indah dari senyum apapun saat kau yang membuatnya.....
senyum ayah jadi nomor 2, hehhe.....
ya, akhirnya aku bertekad untuk kedepanya.....
semoga kudapat mebanggakan orang tua dikemudian hari.....
dan mereka berdua tersenyum dihadapanku dan memelukku layaknya saat ku masih TK dulu....
Amin....

02 Februari 2011

Saya Dan Perbedaan

Hmm.... apa yang membuatku selalu merasa longgar menjalani hidup? Hidup di kehidupan di mana semua terasa begitu berbeda. Apanya yang berbeda? Hampir semuanya, saat kulihat manusia2 bumi yg bertebaran di mana2 dengan ciri khas mereka masing2. Ciri khas? Ya, tentu semua manusia punya ciri khas. Tanpa ciri khas, menjalin hubungan sosial dengan mereka cukup membosankan.

Tapi, hubungannya? Itu dia, ciri khas juga akan ada yang menjamur...... membuatnya menjadi sama, tidak cuma satu. Seperti memakai pakaian, apakah itu ciri khas? Hohho, tentu tidak..... itulah yang disebut kebutuhan sandang. Jadi, apa ya? em..... ohh iya, tau gaya hidup? zaman sekarang di mana globalisasi sudah merajalela hidup itu takkan terpisah.

Tau celana? pastilah..... ada yang pendek, jeans, kain, dan sebagainya. Tapi, ada saja manusia yang tidak tau darimana mendapatkan sebuah ide tersebut..... Yaitu mengecilkan pergelangan celana panjang agar terlihat lebih ketat. Whats that? apa tujuannya? apa supaya kau terlihat lebih seksi? tapi, sepertinya sebagian anak muda lelaki kebanyakan memakainya. Dari jeans biru, hitam, sampai ada yang berwarna merah. Belum Lagi model robek2 yang terletak di bagian lututnya. aku bingung, apakah semua penjahit menutup layanannya.

Hahha, kenapa ribet sekali.... padahal bukan ini yang ingin kuceritakan. hehhe, ohh iya.... pernah kah kau merasa berbeda dari yang lain? hmm..... mungkin pernah, atau pasti pernah.

Apa yang kau rasa, bangga, bahagia, senang, atau malah merasa tersisihkan? hmm..... yang jelas itu pasti bermacam macam lah. Aku cuma anak kurus layaknya manusia kurang gizi yang selalu merasa berbeda dari yang lain. Bangga? ohh, tidak..... hal itu malah membawaku ke kesengsaraan.

Berbeda dari yang lain adalah suatu hal yang mungkin bisa menjadi tanggapan negatif bagi orang lain. Aku harap tidak, karena alhamdulillah temanku bisa menerimaku apa adanya..... walaupun kadang gilaku kambuh dihadapan mereka. Hmm..... tingkatan ranking di kelas juga bisa menjadi salah satu contoh perbedaan, ranking 1 dan ranking 2 tentu berbeda..... jadi jika di dalam kelas ada 40 siswa, berarti ada 41 perbedaan di dalam kelas (nah Lho, kok nambah 1? yehh..... kan ada wali kelasnya). 40 perbedaan yang cukup banyak, dan apakah itu berpengaruh untuk mereka satu sama lain? hmm, bisa iya bisa tidak.... kau tau org iri, dengki, syirik dan teman2nya? bayangkan bila si ranking 40 iri dan benci dengan ranking 1 karena merasa dia dijatuhkan. Lahh, siapa suruh nda' belajar..... 40 lah kau dapat. Ya tapi apakah si ranking 40 akan berpikir seperti it, wew.... orang yang dikuasai kebenciaan tentu tidak dapat berpikir dengan baik. Kenapa dia bisa benci? karena dia merasa berbeda, merasa kalah, merasa jatuh, merasa diremehkan, merasa lemah, merasa dirinya bukan siapa2 bagi si ranking 1. Nah, hubungkan saja bila aku yang merasa berbeda dengan orang lain.

Ini memang bukan tentang nilai, tapi ini tentang kebiasaan. Mungkin bukan cuma kebiasaan saja, tapi juga perilaku, sifat, kesukaan, sampai hal yang lainnya. Aku merasa berbeda dengan semua itu.

Kalian tentu punya keluarga kan? aku mempunya 1 keluarga dengan 1 ayah 1 ibu 2 brothers 2 sisters. wew, mempunyai 4 adik cukup merepotkan.... tapi bukan itu masalahnya. Kenapa dalam keluargaku yang lumayan harmonis ini, aku masih saja merasa berbeda? Iya, aku merasa berbeda dengan semua anggota keluargaku. Adik perempuanku mempunyai kebiasaan yang sama dengan ibuku, ya..... memang cuma hal kecil, contohnya tidur2an, makan, tidur2an, malas jalan, just stay at home..... iya, walau cuma hal kecil..... mereka tampak begitu kompak, tapi aku tentu tidak mau punya kebiasaan seperti mereka.... sungguh membosankannya jika kita terus berada di rumah dan cuma melakukkan hal2 yang biasa juga seperti nonton, main laptop, makan, minum, kentut, BAK, BAB, tidur dll..... ya, walaupun mereka tidak pernah lupa waktu untuk shalat.

Ya, lain lagi dengan adik laki2ku dan ayah, mereka juga punya kesamaan lho. contohnya, jalan2 ke mall, beli fastfood, main di timezone, pergi ke 3 mall dalam 1 hari, beli cemilan yang sungguh berjibun, dan yang terakhir...... boros. Hohho, hal2 yang menurutku paling anti dengan saya. saya ini orangnya hobi menabung lho (bukan di wc) hohho, jadi tentu saja uang yang kudapat tidak akan kuhamburkan untuk membeli sesuatu yang tidak terlalu berguna ataupun cemilan tidak sehat yang sok ber-merek padahal nantinya jadi tai juga.

Aku sangat suka menabung, tapi menabung di dalam dompet. Lho, kenapa di dompet.... knp tidak di celengan? nah, ini dia bagian yang paling kusuka..... saat kurasa dompet mulai menebal dan akhirnya mulai kuhitung jumlah uang didalamnya, wow..... rasa bangga melanda, layaknya hasil kerja keras membanting tulang mencari nafkah (kelewatan, padahal cuma uang jajan dikumpulin) saat tau kalau hasilnya sampe ratusan ribu rupiah atau sampai jutaan (wew, nda' pernah). Ya, kalo celengan..... bagian yang tidak kusukanya itu dia. Cukup lama waktu menunggu celengan untuk penuh, dan tentunya kebawaan gelisah.

see you next time =P

08 Januari 2011

Saya Dan Kamera

Kamera..... mungkin terdengar sederhana, alat digital yang menurutku termasuk pesawat sederhana karena gunanya yg mempermudah pekerjaan manusia dalam mengambil suatu momen menjadi sebuah gambar.

Ya, menurutku itu unik, sangat unik. Kau tau, saat dimana momen yang mungkin takkan terlupakan dan ingin kau abadikan, ambillah kamera. Saat dimana kau sedang bertatapan langsung dengan keindahan alam yang sudah disediakan, kau bisa memakai kamera dan memotretnya (klo nda' punya kamera, ya..... masalahmu lagi tuh). Diluar sana mempunyai banyak kejutan untukmu, dan kau bisa menyimpannya dalam sebuah gambar, contohnya saat kau sedang pergi liburan bersama temanmu, dengan kamera kalian bisa foto bersama, tertawa bersama, dll. Dan saat kapanpun kalian akan berpisah, foto kalian akan menjadi bukti bahwa kalian pernah bersama.

Aku sangat suka dengan urusan foto memfoto, hobi yang menurutku akan menjadi manfaat untuk masa depan nanti, dan aku pun berani bertaruh..... Saat di mana ku telah dewasa dan kembali bertemu dengan teman2 masa kecilku, kami semua pasti akan tertawa bersama, terharu, dan pastinya merindukan masa2 kita dulu...... Ya, itu pasi bila aku menunjukkan pada mereka, foto waktu kami pernah bersama. Jadi, kenangan tidak akan mati dengan waktu, karena ada kamera yang menyimpannya.

Dari pertama kali aku memulai hari2ku dengan memfoto, adalah ketika aku mempunyai hp. Tentulah, zaman sekarang mana ada hp yg tidak mempunyai kamera. Hp Nokia Xpress Music 52200-ku yang bermodalkan 2 megapixel telah menciptakan lebih dari seribu foto dalam album masa SMP-ku di Al-Biruni.

Dan kemudian, berlajut lagi..... ayahku memberika kameranya, sony cybershot 7,2 Megapixel 3x optical zoom, karena beliau telah membeli kamera baru yang lain. Setelah mencoba kamera tersebut, belajar kegunaan tombol2 di dalamnya, belajar teknik2 dalam mangambil foto dari teman ataupun guru, dan sampai akhirnya aku belajar sendiri mengedit foto tersebut d picnik.com. Akhirnya aku semakin cinta dengan foto dan kameraku sendiri, dan kadang mulai cemburu dengan orang lain yang memakai SLR yang memakainya hanya untuk gayanya, layaknya seperti orang yang sedang...... "pamer".

Kamera seperti itu memang kamera impianku, tapi harganya juga cukup melambung tinggi, jadi aku mulai menabung dan mengikuti sistem kerja rahasia bersama temanku (ciehh, hahha) yang bisa menghasilkan uang dalam jumlah banyak. Ya, memang butuh kesabaran dalam hal ini. Ayahku memang pernah sempat bercerita padaku bahwa teman beliau punya kamera seperti itu, tapi lebih besar dan pekerjaanya sebagai kameramen memang mewajarkannya untuk memiliki kamera raksasa tersebut. Kata ayah, temannya tersebut memberikan beliau brosur serta alamat toko kamera yang cukup terkenal dan berada di ibukota jakarta. Bisa melalui pesanan, dan katanya biaya pengirimannya gratis. Kata ayah, aku ingin d belikan canon yg d 550...... tapi, setelah menunggu sekian lama kayaknya ini tidak akan bisa berhasil. Kamera tersebut tak kunjung2 dibeli, dan aku sangat malu jika ingin menanyakan hal tersebut. Menuntut orang tua untuk membelikan anaknya suatu perangkat dengan harga berkisar sampai 7 juta bukan keahlianku. Aku memang susah untuk meminta sesuatu pada orang tua, apalagi kalau yang kuminta itu bisa membuat struk melebar atau memanjang. Aku berpikir, sebenarnya apalagi yang kurang dengan pemberian orang tua, kamar, tempat tidur, PS, kamera, laptop, HP, motor supranya ayah, uang bensin, disekolahkan, baju distro, makanan, minuman, gitar, drum (tapi sudah hilang, dicuri), dll yang takkan terhitung harganya. Jadi itu membuatku segan dalam meminta sesuatu lagi. Kamera sudah cukup untuk mengisi waktu luangku, walau pernah aku sempat sangat kecewa saat seluruh foto alam hasil kerja kerasku selama sebulan penuh terhapus cuma2 dikarenakan kesalahan teknis pada tangan temanku. Aku hanya bisa apa, mengajaknya berkelahi, tapi ternyata terdapat 5 org dalam kasus tersebut dan yang tentu membuatku tak mungkin memilih 5 diantara mereka. Dan, terdapat status "teman" di atas kepala mereka, dan tentunya aku tak mungkin menjadi beringas kepada mereka hanya karen foto2ku hilang semua. Ini juga kesalahanku karena tidak mem-backup (makasih untuk istilahnya Ifha, hahha) nya dulu. Tapi, temanku memberi semangat kembali dan akhirnya semua masa lalu tersebut menjadi pembelajaran untukku, malah menjadi pengalaman pula dan kuanggap sebagai latihanku untuk lebih maju dalam menjalani hobiku ini

Ya, sejak mencintai foto dan kamera, aku bercita cita ingin menjadi Fotorgafer. Bagiku, foto bukan cuma sekedar aksi menyimpan aspek kesenian yang bernilai tinggi, ataupun sebagai alternatif mencari pekerjaan melalui bidangnya, tapi..... foto adalah penyimpan momen, di mana saat itu adalah keindahan, seru-seruan, hal yang menarik, yang sampai akhirnya takkan terlupakan di hari tua nanti.

Camera can keeps your life moments.