20 Maret 2011

Saya Dan Botak

Ohh rambut, mengapa lama sekali engkau tumbuh menjulang tinggi. Sebagai poni yang menutupi jidat lebarku, sebagai cambang layaknya gantungan tarzan, sebagai ekor layaknya ekor kuda.

Bosan sudah aku dengan rambut pendek ini. Sistem dan peraturam sekolah makassar apakah harus begini, memaksa para muridnya membuat rambut mereka menjadi rapi (menurut mereka), tapi menjadi botak (menurut kami).

Kata sebagian dari guru berjanggut mereka, itu supaya bertujuan agara kami bisa mudah menangkap pelajaran dengan baik. Ckckck, what the hell baby.... apa hubungannya rambut dan daya tangkap kami terhadap pelajaran. Tetap saja di antara kira-kira 15 murid laki-laki botak di dalam kelas itu di akhir semester ada yang sudah siap2 menerima teriakan dan amarah dari orang tuanya dikarenakan rankingnya yang paling rendah. Memang, tetap saja si botak tersebut mendapat jabatan ranking terakhir. Lahh, kenapa bisa..... saya kira dia sudah botak, jadi pasti sudah bisa menangkap pelajaran dengan baik. Dan, kenapa kadang ada anak perempuan yang menduduki posisi pertama. Lahh, kuliat rambutnya panjang. Telinganya pun tak terlihat lagi, terkubur rambutnya yang menurutku tak pernah bermandikan shampo selama dua minggu.

Hey guru, sadarlah. Apa gunanya kau mengelilingi seluruh kelas satu kali dalam sebulan, dengan membawa gunting di tangan kananm, dengan gigi yang terlihat runcing layaknya singa yang kelaparan, dengan mata yang tajam mengeksplor anak2nya yang berambut gondrong, dengan beberapa tingkatan kerutan di jidat-nya seperti sedang memfokuskan sesuatu, dengan sangat serius dengan langkah kaki gajah yang menghentakkan lempeng bumi dan berjarak 32 cm antara kaki kanan dan kaki kiri, dengan aura kejahatan dan ketidak-sabaran yang bukan dilihat tapi dirasakan olehku atau mungkin oleh semua anak dengan alis yang tidak tersisir, dengan rapi walaupun sampai sekarang ku tahu..... tidak ada manusia yang pernah menyisir alisnya selain saya yang pernah mencobanya saat masih menginjaki kelas 1 sd. Hey guru, engkau menyuruh kami untuk botak..... tapi kami dapat mengukur panjang rambutmu bahwa itu lebih dari 12 cm. 12 cm bagi kami itu bukan botak.

Hey guru, aku kira kalian semua adalah panutan kami. Apa yang akan kukatakan pada anak2ku kelak untuk menjadikan guru yang baik sebagai panutannya, sedangkan guru saya ini berambut panjang yang menyuruh anak muridnya dengan semena mena merelakan uangnya dan bensinnya untuk pergi ke tukang cukur. Merelakan uang untuk sesuatu yang kami tidak inginkan dan terpaksa menginginkanya walau memang tidak mengiginkannya. Hey guru, ketahuilah...... tidak pernah tercantum syarat masuk ITB, UI, dan UGM dengan rambut botak. Hey guru, percaya daku..... orang botak juga ada yang tinggal kelas, suka bolos, nakal, durhaka, dan masuk neraka. Dan hey guru, yang terakhir...... apakah engkau baru bisa tersenyum, saat melihat kepala kami bisa memantulkan sinar matahari?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar