24 Maret 2011

Saya Dan Asap Udang Bakar

Saya sudah mandi, saya sudah harum, saya sudah rapi, saya sudah semuanya. Saya sudah semuanya saat saya sudah berada dia atas motor. Untuk apa saya berada diatas motor? kalian penasaran? hohho, saya sebenarnya ingin mengendarainya. Untuk apa saya mengendarainya? hohho, saya mau pergi les. Menuntut pada ilmu, karena kalau saya tidak tuntut itu ilmu, pengadilan akan menjadi pengangguran.

Jam 19:43:37 (detiknya ngaco) di malam yang agak dingin itu karena kebetulan awan yang agak hitam itu juga sedang menangis, dan untungnya saja menangisnya tidak sama dengan adik bungsu yang ketika menangis bila dicubit. Alhamdulillah...... kenapa Alhamdulillah? karena saya bersyukur awan tidak menangis seperti adik bungsu saya, karena juga bila menangis seperti itu..... selain saya basah kuyup, saya beserta adik pertama saya tidak akan bisa menuntut ilmu pada malam itu. Iya, saya lupa bilang..... saya les, menuntut ilmu, bersama dengan adik saya yang kelaminnya sama dengan ibu saya. Dan teringat lagi saya sama ini awan, ini hujan, dan ini air mata hujan. Bisa dibilang rintik2, dan itu membuat semangat saya belum tergoyahkan dan mungkin tidak akan pernah tergoyahkan sampai saya menginjakkan kaki di tempat tujuan.

Akhirnya, mulailah saya menancap gas bersama 2 teman saya yang saya ekori dari belakang, bernama Imam Al Ghyfari dan Fajar anzari..... yang namanya bisa kalian search dan add as friend di fesbuk (jika mereka tahu, seharusnya saya mendapatkan honor yang setimpal karena telah saya promosikan mereka di blog saya ini, tapi karena saya orangnya baik (amin) jadi itu tidak masalah). Ya, mereka itu dua tadi habis bermain dan ketawa ketiwi bersama saya di rumah sebelum saya pergi les layaknya saat ini. Tapi jam malam mengharuskan mereka juga menemui orang tuanya yang mungkin sudah khawatir karena ini anak dua sudah nongol di rumah orang tua saya setelah menuntut ilmu2 yang ada di sekolahnya.

Dikarenakan takdir yang memisahkan rumah orang tua kami, akhirnya di pertigaan kami berpisah. Imam dan Fajar yang satu jalur membuat mereka pulang bersama untuk sementara..... sedangkan saya pergi berdua dengan adik saya selepas memberi salam persampai-jumpaan pada anak 2 itu tadi. Ya, akhirnya mulailah saya mengarungi aspal2 Makassar.

Kondisi malam di Makassar dibandingkan paginya sangat berbeda...... berbeda jauh. Tahukah kalian apa bedanya? bedanya adalah, saat malam.... Makassar agak gelap, kadang malahan gelap sekali, sedangkan saat pagi, makassar agak terang, agak panas, dan kadang sangat panas, kadang juga sangat panas sekali, kadang juga' terang sekali, tapi pernah juga mendung, pokoknya banyaklah. Tapi saat ini, Makassar di malam hari terlihat penuh kilau2. Itukah dari kendaraan sampai lampu2 jalan yang berbaris kurang rapi di pinggiran jalan. Membuatku cukup bersemangat melewati malam ini. Melewati mereka2 para pengendara alat2 transportasi yang berbeda wajah dengan saya. Namun, pikiran saya itu buyar segera. Kenapa bisa? ya, itu karena tiba2 saya membaui bau yang menurut saya itu tidak sedap dan tidak mengenakkan di hidung. Bau yang tercium setelah saya melewati salah satu warung makan di samping kiri saya yang tidak mungkin engkau tahu di mana warung makan tersebut dikarenakan saya tidak punya niat untuk memberitahunya kepada kalian. Kucium baik2, itu bau udang.

Belum pernah kah kuberitahu pada kalian semua, saya alergi sama udang. Mulut, lidah, langit2, dan gigi saya (sepertinya, gigi tidak termasuk) jadi gatal semua dibuatnya. Tapi, itu kalau kukonsumsi, masuk ke mulut. Sepertinya asap takkan berpengaruh. Tapi ya, itu cuma pikiran sementara.

Ya, akhirnya sampailah saya di tempat les tempat saya akan berbacot-bacotan bahasa inggris dengan guru dan teman. Memang, ini tempat les bahasa inggris, bukan bahasa timur leste, karena bila ini tempat les bahasa timur leste, pasti ibu saya tidak tertarik dan saya yakin memang tidak akan pernah tertarik untuk mendaftarkan saya di sana. Tapi, membicarakan ini membuat saya lupa bahwa saya sudah menaiki tangga menuju kelas saya yang tentunya berada di lantai atas. Kudapatkan kelasku yg sudah dirimbuni teman2 saya yang mempunyai berbagai jenis kelamin dan guru saya yang terlihat sedang menunjuk-nunjuk pada papan tulis. Ya, beliau mengajar dengan wajah mudanya. Ohh iya, kenapa kelas ini sudah tampak ramai dan proses belajar tampak pula sudah dimulai. Hohho, kalian benar.... saya terlambat, terlambat sampai, terlambat datang, terlambat menghayal, terlambat naik tangga, terlambat memasuki kelas, terlambat untuk berpikir bahwa saya memang terlambat. Dan setelah kusesali semua perbuatan tidak terpuji itu selama mungkin kira-kira 7 detik, akhirnya saya membuka pintu... (ohh iya Lupa, tadi seharusnya ditambahi lagi 'terlambat buka pintu') Kuucapkan salam yang berbunyi "Assalamualaikum" dalam hati. Tapi betapa berdosanya mereka, mereka satupun tidak ada yang membalas salam saya yang merdu dan malah hanya berteriak-teriak tak jelas setelah melihat sosok saya yang memasuki kelas. Ohh iya, saya lupa..... saya tak jadi membilangi mereka 'berdosa' dehh, kan saya lupa bahwa saya tadi memberi salam dalam hati. Kau tahu dalam hati? yang cuma Allah SWT dan saya saja yang tahu, yang pastinya manusia2 dalam kelasku ini tidak mendengar salamku yang seenaknya saya puji sebagai salam yang merdu. Tapi itu tidak penting, yang penting saya selamat masuk di kelas.

Akhirnya saya duduk di atas bukan meja, maksud saya saya duduk di atas kursi. Kursi yang berguna untuk menopang pantat saya, yang seminimal-nimalnya menahan kentut saya sehingga bila itu terjadi, sianida dalam bentuk gas yang pernah dipakai dalam perang ke-2 tidak merasa tersaingi dan teman2 saya dalam kelas tidak mati syahid karena mereka sedang menuntut ilmu dan mati syahid ato konyol karena tiba2 kentut saya menusuk hidung mereka dan mematikan kinerja otaknya. Tapi sekali lagi saya katakan kalau itu tidak terjadi, saya tidak kentut di sini (berarti...... di tempat lain?) dan saya tidak akan tega meracuni teman2 dan guru saya. Dan dengan cepatnya saya sadar kalau sekarang saya seharusnya menuntut ilmu di sini, menuntut bahasa amerika ini, dan malah tidak seharusnya saya diperkenankan untuk berbicara tentang kentut.... walau memang yang memperkenankannya adalah diri saya sendiri. Sudah sudah, ini memang salah kursi.... kursi yang menyebabkan saya berbicara tentang kegunaan-nya menahan kentut dan akhirnya malah membicarakan panjang lebar tentang kentut itu sendiri. Kita tinggalkan saja topik itulah, karena itu bisa menjatuhkan pamor saya menurut pembaca.

Ya, kita kembali dalam aksi saya dalam kelas. Kau tahu apa yang saya sedang lakukan? saya sedang sibuk mencakar. Tunggu dulu, ini kan bukan pelajaran matematika, kenapa bisa mencakar? arghh, perlu diketahui bahwa sebenarnya saya sedang mencakar diri saya sendiri. Bahasa formalnya, 'menggaruk'. Ya, apa pula yang menyebabkan diri saya menggaruk garuk badan sendiri selain kutu, tidak mandi, dan mandi, tapi di got. Ohh, salah salah.... tidak pada ketiganya. Saya tidak punya kutu (tapi cacing banyak), dan saya juga mandi kok.... saya kan anak yang rajin menjaga kebersihan tubuh, dan juga saya memang mandi tapi tidak di got. Saya juga punya kamar mandi yang dulu pernah tukang batu bikin karena orang tua saya yang membayarnya. Bukan karena orang tua saya kejam, tapi memang itulah kerja dari tukang tersebut. Dia senang dapat uang, saya juga senang bisa bisa menabung dalam hasil karyanya, semua senang kok.

Jadi, apa gerangan yang membuat saya menggaruk sana sini? ohh, aku ingat..... keganjilan yang saya lewati tadi, yang saya anggap itu adalah sebuah gangguan. Ya, saya teringat sama udang asap, ehh.... maksud saya asap udang bakar yang saya lewati tadi. Bukan berarti saya mengingatnya karena saya jatuh cinta kepadanya, tapi malahan saya menganggap benda itu (si asap) yang menyebabkan badan2 saya bentol2 merah begini. Masalahnya, ini pertama kalinya saya begini, dan pasti kecurigaanku jatuh pada udang dan asapnya itu.

Teman saya yang duduk di samping saya bernama Mubayyinul Haq, yang biasa saya panggil inul ato inoel. Jangan lah kau teringat pada kata daratista, ngebor, pantat, dangdut, ato semacamnya lah. Saya tahu, kalian pasti berpikir macam2, tapi janganlah begitu karena manusia itu adalah teman saya dan dia itu laki2. Ya, dia laki2 yang berkata sama saya "we, faran.... kenapa muka'mu bentol2 begitu".... saya jawab dengan menceritakan kembali apa yang tadi saya curigai yang membuatnya bertanya kembali "alergi udang ko kah?" dan menghasut saya untuk membuka mulut dan menjawab "iya".

Arghh, saya semakin stress, kurasakan  memang bentol2 yang ada di wajah saya, tangan saya juga gatal2, yang penting saya di sana waktu itu seperti orang mandi kembali.... ya, mandi garukan.

Akhirnya saya ingin izin untuk mencuci muka' saya di kamar mandi, mungkin bisa mengurangi dampak bentol2nya. Setelah menemukan toilet, disitulah saya berkesimpulan bahwa itu adalah toilet dan mungkin bisa dibilang nama lain dari kamar mandi karena memang kau sebenarnya bisa mandi didalam sana kalau kau bawa handuk, underware, pakaian ganti, sabun, shampo, dan sikat gigi-mu. Tapi itu takkan saya lakukan karena memang saya tak berpikir itu untuk diri saya sendiri, saya cuma ingin mencuci muka saya.

Akhirnya kunyalakan air keran dan turunlah air terjun kacil-kecilan yang saya pegang itu air dan kubasuh -lah di wajah saya. Tiba2, mata saya tertuju pada sabun cuci tangan yang saya tidak tahu kenapa bisa ada di situ dan kenapa saya mulai mendapatkan solusi yang cukup cemerlang. Betul, saya crot2 itu sabun cuci tangan ke tangan saya. Hohho, tidak tidak.... saya bukan ingin mencuci tangan, mentang2 ini sabun cuci tangan. Saya timbuni muka' saya dengan sabun itu, dan gosok2 sampai berbusa, dan kemudian bilas lagi karena saya tidak mungkin langsung menyudahinya dan masuk ke kelas dengan wajah penuh busa layaknya orang salah minum baygon.

Akhirnya, sesudah membilas.... saya kembali ke kelas, masuk ke kelas dan kembali duduk di kursi kelas semula layaknya tak pernah terjadi apa2. Tapi, sepertinya masih sedikit gatal dan garuk2 kembali terjadi. Si inoel bilang "agak mendingan mi", tapi itu terdengar seperti penenang buat saya saja.... karena memang dari tadi muka' saya seperti mau makan orang. Bukan berarti saya lapar atau saya kanibal, tapi saya stress sangat. Saking stress nya, saya seperti mau makan ini bentol2 di muka saya. Tapi, apa daya.... Akhirnya aku tahu mengapa Allah menciptakan mulut tepat berada di wajahku dalam keadaan normal layaknya manusia lain. Ya, mungkin supaya memang saya tidak akan bisa betul2 memakan bentol2 di muka saya ini.

read me next time =P

20 Maret 2011

Saya Dan Motor 'Keren' Saya

Motor supra fit warna biru silver. Berdebu, kelihatannya biasa saja. Sudahkah cukup, ku deskripsikan ciri2 motor ayah yang beliau wariskan kepadaku? Ohh iya, satu lagi..... kursinya sepertinya punya sedikit masalah, 15 menit kau duduk diatas itu, siap2lah cari tukang urut. Untuk pemula, tulang bokongnya akan jadi kaku. Ya, sepertinya terlalu berlebihan...... nama lainnya pegal. Walau begitu, tetap saja ku pakai motor ini mengelilingi jalanan makassar yang memang kadang kukelilingi karena ada saja hasrat2 untuk mengelilinginya. Ohh, aku sudah mengucapkan kata dasar "keliling" itu 3 kali dengan imbuhannya yang berbeda, maaf.

Ya, dan begitu memang cara menikmati motor. Saat kau punya motor, selain mengendarainya.... apa lagi yang akan kau lakukan bersamanya? mungkin selain bercumbu dengannya (kadang, dilakukan oleh pengendara motor yang terlalu mencintai dan menyayangi motornya secara berlebihan dan vulgar..... dikarenakan juga karena dilakukan di muka umum, atau di dalam garasi yang kosong), kau akan mencucinya bila terlihat kotor. Sayangnya, saya nda' pernah cuci ini motor. Malaslah, ada orang rumah yang kadang mencucinya. Mungkin dikarenakan kurangnya rasa sayangku dengan motor butut ini.

Dan, kebetulan motor yang tadi kuketik sebagai motor butut 13 detik ini yang lalu akan ku kendarai menuju Al Biruni, SMP saya dulu, tempat saya belajar, tempat saya tidur, tempat saya bermalas malasan, tempat saya memajaki adik kelas, dan tempat saya untuk ditujui waktu itu.

Yahh, starter tangan yang tidak lagi berfungsi memberi sugesti kepada kaki kanan saya untuk melakukan ritual penghentakkan starter kaki. Wow, saya yang sudah berpengalaman tentu dapat melakukannya cukup dengan satu kali hentakkan kaki. Akhirnya, dengan goncengan setia saya..... tas bodypack andalan saya, kutancaplah gas menuju albiruni.

Ya, jalanan makassar seperti biasa2 saja, penuh bolong2, got kanan kiri, kucing jalan2, suara motor bogar, pete2' (angkot) yang nda' peduli jalanan, ibu2 pengendara motor yang lelet, anak2 yang berlari melintasi jalanan, pohon2 yang tak rimbun, langit dengan matahari nya yang menyengat, sampai bangkai tikus yang sudah dilindas lindas motor, mobil, becak, pete2', bentor, sepeda, pesawat...... tak ku tahu berapa kali itu tikus sudah dilindas. Untuk apa kupikirkan, yang penting bukan saya yang dilindas, tapi bukan berarti saya termasuk pelaku pelindasan juga..... terlalu tinggi harga diri ban motor saya untuk menginjak tikus yang tak tahu berdosa atau tidak berdosa itu.

Ya, baru terpikirkan...... memikirkan bahwa untuk apa saya memikirkan tikus tersebut, padahal dari tadi memang tikus itu yang saya pikirkan. Walau tahu tikus itu tidak pernah memikirkan saya, tapi itu wajar karena memang kami belum kenalan. Tak kenal maka tak sayang. Walau mau kenalan pun, memang tidak mau dan tidak akan pernah mau karena saya takut tikus. Nah, saya takut tikus tapi saya suka nonton Tom And Jerry duLu (DULU) (Kayaknya) (iya iya iya, sekarang juga' masih suka nonton) (tapi perasaan filmnya nda' ada lagi). Itu kan beda lagi, karakteristik jerry dan tikus asli berbeda jauh lho. Nah lho, katanya tadi tidak mikir tentang itu tikus, tapi buktinya sampai tikus kartun pun kupikirkan setengah hidup.

Ya, dan perbincangan (lebih tepatnya, perdebatan) dengan pikiran aneh saya sendiri membawa saya melupakan waktu untuk sementara sehingga tak terasa saya sudah berada di kompleks yang menurut pengalaman saya dari dulu, lewat sini menuju albiruni cepat lho. Nah, tampak di depan sana ada belokan dengan tanjakan miringnya yang kira2 setinggi 25 cm. Ya, saya yang seperti pembalap walaupun tidak ingin jadi pembalap dan tidak pernah diakui oleh negara sebagai pembalap, dengan 'hebat' memiringkan motor saya saat di pembelokan tersebut layaknya Valentino Rossi yang mulai mengejar Michael Schumacher.

Ohh, dan memang jika Allah sudah berkehendak. Pikiran saya sepertinya sudah berubah menjadi mode pasrah. Tahukan kalian kata 'hebat' yang tadi kuucapakan (sengaja saya kasih tanda petik supaya gampang kau lihat dan memberi sensasi tegas) itu cuma merupakan kesombongan belaka, kebohongan belaka, dan kemimpian belaka saya. Dosa saya merasa diri saya hebat, dapatlah daku peringatan yang dapat beta ingat setiap hari dan mungkin akan menjadi selamanya, dan mungkin memang sudah ditakdirkan dari langit sebagai kenangan yang selamanya terukir di memori ini.

Ya...... saya jatuh dari motor, motor butut saya, ehh.... motor keren saya terpeleset pas di tanjakan dikarenakan ketinggiannya kepedean saya melewati sesuatu tersebut, bukan karena ketinggian tanjakan tersebut, atau mungkin kepedean saya yang melebihi tinggi tanjakan tersebut yang membuat tanjakan tersebut merasa tersaingi dan iri, dan sengaja berusaha meninggikan badannya (aspalnya) saat kumulai melewatinya dengan aksi layaknya Valentino Rossi gagal yang mengejar Michael Schumacer (secara Logis, menurut saya rossi akan selamanya kalah jika duel bareng ama M. schumacher). Ya, tapi dipikir pikir..... kayaknya alasan itu cuma keluar dari pemikiran sok rumitku yang aneh dan berbelit belit yang kadang kambuh saat kumulai stress, ada pikiran, dan ada yang enak untuk dipikirkan.

Ohh iya, sekalian curhat..... ini kejatuhan saya dari motor yang ketiga kalinya. Sisanya yang 'dua' itu nda' usah kuceritakan lah, bukannya tidak menarik...... tapi memang tidak menarik. Dan yang ketiga ini nda' tau mengapa mendorong saya untuk menjadi pemalas untuk sementara. Hahh, apa maksudnya sodara2? 17 detik saat selangkanganku kurasa sudah terlepas dari motor butut, ehh..... keren itu..... 2 memori masa lalu saat ku pernah jatuh dari motor ini pun kembali terngiang ngiang di atas kepalaku (lebih tepatnya, di dalam kepalaku). Rasanya yang 'dua' itu cukup memberi saya pengalaman untuk yang ketiga ini, yang ketiga ini rasanya biasa saja, tidak ada rasa kaget, jantung tidak berdebar debar kencang seperti dulu, pandangan mata yang dulu yang tidak ingin mempercayai apa yang sudah terjadi, sekarang cuma pandangan penuh dengan warna biru dan awan2 yang tampaknya lembut..... matahari tidak tahu jalan2 entah kemana. Lahh, kenapa biasa pemandangan Langit? ya betul, waktu itu saat terjatuh..... saya masih tidur2an dulu. Kenapa bisa? nah, itu karena motor saya yang menimpa kaki saya, sepertinya sengaja..... padahal saya sudah berhenti memanggilnya butut. Supra sayangku, saya sudah mengedit tittlemu menjadi "keren".

Nah, kembali ke kaki saya dan motor saya, ya itu lah masalahnya. Kakiku jadi tidak bisa digerakkan, ini motor pula membuat paha saya menjadi rapat layaknya perempuan paskibra yang salah alamat. Ohh iya, saya ini orangnya kadang2 (KADANG2) mudah terlena dengan ciptaan Allah...... Tuh, liat langitnya, awannya, indah kan (matahari memberi saya kesempatan). Enaknya bersantai diatas aspal dalam kompleks ini, dengan kepala yang beralaskan kedua tanganku yang sengaja memang untuk membuat kepala saya terasa lebih nyaman. Ya, saya terlihat seperti bule coklat berjemur jika disyuting dari atas.

Apakah saya masih sempat berfikir? ya, masih sempat berfikir yang lain? berfikir bahwa dalam keadaan tersebut, manusia lainnya yang nun jauh disana mungkin tertimpa accident seperti layaknya saya pula walau mungkin juga waktunya lain, tentunya akan segera berdiri, mengangkat motornya dari kakinya atau pahanya yang ciri2nya sudah saya bilang tadi, kemudian membersihkan bajunya yang kotor karena berciuman dengan aspal, habis itu kembali mengendarai motornya dan kembali juga meneruskan perjalanannya yang tentunya bukan albiruni..... karena mereka orang lain, dan saya yakin mereka tidak tahu makhluk apa itu albiruni, maksud saya "apa itu albiruni?".

Nah, sedangkan saya.... dibandingakan dengan objek manusia khayalan saya tadi yang mau berusaha berdiri bangkit dari kejatuhannya bersama motornya, saya cuma tidur2an layaknya bule yang..... (nda' perlu dibilang dua kali). Cuma tidur2an dan menikmati ciptaan Allah. Hohho, nda' berdosa toh..... saya juga yakin, bahwa Hadist Rasulullah tidak pernah menyebutkan bahwa menikmati keindahan alam yang telah Allah ciptakan sambil tidur2an di atas aspal dengan kedua paha yang rapat layaknya... (kau sudah tahu) karena terhimpit motor KEREN saya, itu adalah perbuatan dosa. 100% hadist itu tidak akan ada. Kalaupun ada, palingan hadist dari teman saya yang kadang bercanda berlebih lebihan mengaku bahwa dia adalah nabi ke-26. Tentulah saya tidak percaya, bayangkan saja..... hadist pertama yang dia buat dan kebetulan juga yang saya dengar pertama kali adalah saat waktu itu di SMA saya sedang dilanda hujan dan guntur yang datang berkali kali..... saya sampe berkomentar kalau saya nda' suka bunyi guntur, dan dia pun menjawab walau menurutku itu tidak merespon dengan apa yang saya sudah bilang tadi dan terlihat idiot..... dia bilang "itu guntur, kentutnya tuhan..... makanya terdengar dari langit". Lahh..... saya cuma bisa melongo. Semoga Neraka tidak menelan dia, amin..... ehh, ya Allah... saya juga, amin.

Dan, kembalilah lagi ke kesadaran saya yang masih tidur2an di atas aspal tersebut. Lahh, kenapa saya berhenti menghayalkan kisahku dan temanku itu. Ternyata ohh ternyata, ada seorang anak muda yang mendapati saya tertimpa motor layaknya cewe' paskibra yang..... (hampir saja). Saat menyadari keadaan tersebut, saya kaget setengah hidup lagi. Dan, saat saya melihat pemuda tersebut..... ohh my god, sempat giginya terlihat, lesung pipitnya, kelopak mata bawahnya yang mengerut, tidaakkkkk..... dia tadi menahan tawa dan dengan sok perhatiannya, menanyakan keadaan saya walaupun terdengar lebih tepatnya bahwa dia menanyakan dari rumah sakit jiwa apa saya berasal. Setelah sadar bahwa salah satu kebiasaan saya yang bisa disebut aib itu ketahuan, saya pun segera duduk dan berdiri setelah mendirikian motor butut, ehh..... keren saya yang telah membuat paha saya terlihat seperti..... (tidak lagi).

Pertanyaan pertama pemuda tersebut yang belum saya jawab membuat dia menanyakan keadaan saya untuk yang kedua kali. Nda' tau kenapa, saya juga jadi cengengesan setengah mati (sekarang ingin bunuh diri) dan menstarter motor segera dengan cepat dan menjawab pertanyaan pemuda yang terlihat tua tersebut bahwa saya baik2 saja. Setelah menancap gas, sempat pula kubalikkan wajah jelekku satu kali untuk melihat pemuda itu untuk yang terakhir kali. HOLY SHIT, DIA TERTAWA..... OHH MAN, DIA TERTAWA, DIA MENERTAWAKAN SAYA LEBIH TEPATNYA... KATA LAINNYA, SAYA DITERTAWAKAN OLEH DIA. DIA SI PEMUDA YANG TERLIHAT TUA DAN TIDAK PERNAH KUTAHU ALASANNYA, MENGAPA DIA KUPANGGIL PEMUDA SAMPE SEKARANG PADAHAL SAYA JUGA MEMBILANGINYA 'TERLIHAT TUA' (ok, cukup sampai d sini caps locknya). Dan, tawa itu ternyata belum berakhir..... didepanku terlihat2 perempuan2 berseragam baju olaharaga yang menurut penelitianku, adalah perempuan murid smp seberang yang disuruh lari keliling entah berapa kali oleh guru olahraganya yang agak gemuk dan kumisan. Aku juga tidak pernah tahu mengapa saya langsung menghakimi gurunya dengan mencirikannya gendut dan memakai kumis, tapi itu tidak penting.... karena memang khayalan saya memang tidak pernah penting dan tidak akan pernah penting walaupun saya kadang berharap, khayalan saya suatu hari akan penting bagi bangsa dan negara (ya, yang ini juga termasuk khayalan).

Kembali ke perempuan2 tersebut, didepan saya mereka tampak menahan tawa.... dalam arti mereka sedang tertawa tapi menyembunyikannya dengan kedua tangannya yang Alhamdulillah telah Allah karuniai tangan itu kepada mereka. Dan, setelah saya melewati mereka semua..... akhirnya terdengarlah suara tawa mereka. Balik muka'? no way, saya sudah tau persis bagaimana dia akan tertawa walaupun secara logis bisa dikatakan bahwa saya belum pernah melihat wajah mereka seluruhnya. Dan, setelah itu tidak ada lagi yang tertawa di depan saya. Orang bandelnya sudah habis, baguslah itu.

10 meter menuju albiruni, aku pun merenung (bukan menghayal)....... ya, aku merenung...... merenung, bahwa saat ku menikmati Indahnya Ciptaan Maha Kuasa, ternyata dapat juga membuat orang lain tertawa gembira..... ya, tepatnya tertawa kepadaku. Tanpa sadar, setalah menginjakkan kaki di albiruni..... teman2ku bertanya mengapa saya tertawa terbahak bahak. Ya, saya juga ikut tertawa..... bukan menertawakan mereka, tapi tertawa bersama mereka, mereka yang tadi menertawakan saya.

Saya Dan Matahari Terbit

Ini teras. Ini kursi bambu. Saya sekarang berada di atas kursi bambu yang berada di teras. Aku duduk di sini setelah subuhan. Udara masih dingin, Langit masih gelap, awan masih samar2, dan saya masih termangu.

Ohh iya, aku lupa.... periksa2 sedikit, akhirnya kudapatkan earphone d kantong kiri celanaku. Periksa2 banyak, akhirnya kudapatkan juga hp nokia xpress music 5220 ku yg berwarna merah. Kusambungkan kedua alat itu sebagaimana orang lain melakukannya, bedanya saya sambil mengangkat satu kaki, sambil duduk, sambil menggaruk, sambil sandaran, sambil semuanya.

Ku memulai tuk memilih lagu, terlihat dari layarnya tercantum nama Sheila On 7 dan spasi strep spasi judul lagunya. Ku pencet play di judulnya yg bertuliskan 'Kita'. Teralun lah suara merdu Duta diiringi musiknya yang mengalir kompak dan nyaring. Hahh..... apa lagi yang kurang, kurasa ini semua sudah syahdu. Kadang, saat2 dimana kau sedang sendiri akan membuatmu merasa begitu nyaman dan tenang. Sandaran ku mulai lemah menandakan ku terlalu menikmati keadaan ini. Bukan ngantuk, tapi santai.

Seiring dengan itu semua, terdengar pula bunyi kokokan ayam yang ternyata masih dapat menembus ke telingaku. Apakah aku juga melupakan ini, semua pemandangan mulai terlihat cerah sedikit demi sedikit. Mulai hangat, mulai terang, mulai merasuk. Itu dia, sesuatu yang paling kutunggu padahal ku baru mengingatnya untuk menunggunya 3 menit sesudah menyimpulkan bahwa ini yang paling kutunggu. Mulai tampak, tampak dari ufuk timur...... itu dia itu dia itu dia, matahari terbit. Anugerah Allah, Kuasa Allah. Yang menerangi bumi ini selama 12 jam. Yang bersembunyi menyimpan keindahannya kembali agar manusia sepertiku tidak bosan dan memang tidak pernah bosan, selama 12 jam pula. Kadang ayam yang ku tak tahu darimana kembali berkokok lagi, burung2 pun tampak terlihat beterbangan karena memang takdir burung tersebut tidak bisa berjalan. Angin yang dahulu dingin mulai menghangat, dan langit yang dahulu gelap mulai menerang.

Alhamdulillah aku tidak bisu, tapi nyatanya saat ini aku tak dapat berkata apa2. Selain karena faktor tidak ada spesies mamalia layaknya saya di sini sekarang, faktornya pula karena aku tidak tahu ingin berkata apa, dan memang tidak bisa tahu karena saat ini yang terus bergerak di tubuhku adalah mata, kelopak mata, bulu mata, dan hati. Tak ada salahnya kan ku nikmati ini sepenuh hati sebelum bola panas tersebut semakin naik keatas dan berubah suhu yang merangsang tubuhku untuk mengeluarkan keringat.

Yahh, nikmati saja..... aku kan tidak pernah tau kapan aku akan mati.

Saya Dan Botak

Ohh rambut, mengapa lama sekali engkau tumbuh menjulang tinggi. Sebagai poni yang menutupi jidat lebarku, sebagai cambang layaknya gantungan tarzan, sebagai ekor layaknya ekor kuda.

Bosan sudah aku dengan rambut pendek ini. Sistem dan peraturam sekolah makassar apakah harus begini, memaksa para muridnya membuat rambut mereka menjadi rapi (menurut mereka), tapi menjadi botak (menurut kami).

Kata sebagian dari guru berjanggut mereka, itu supaya bertujuan agara kami bisa mudah menangkap pelajaran dengan baik. Ckckck, what the hell baby.... apa hubungannya rambut dan daya tangkap kami terhadap pelajaran. Tetap saja di antara kira-kira 15 murid laki-laki botak di dalam kelas itu di akhir semester ada yang sudah siap2 menerima teriakan dan amarah dari orang tuanya dikarenakan rankingnya yang paling rendah. Memang, tetap saja si botak tersebut mendapat jabatan ranking terakhir. Lahh, kenapa bisa..... saya kira dia sudah botak, jadi pasti sudah bisa menangkap pelajaran dengan baik. Dan, kenapa kadang ada anak perempuan yang menduduki posisi pertama. Lahh, kuliat rambutnya panjang. Telinganya pun tak terlihat lagi, terkubur rambutnya yang menurutku tak pernah bermandikan shampo selama dua minggu.

Hey guru, sadarlah. Apa gunanya kau mengelilingi seluruh kelas satu kali dalam sebulan, dengan membawa gunting di tangan kananm, dengan gigi yang terlihat runcing layaknya singa yang kelaparan, dengan mata yang tajam mengeksplor anak2nya yang berambut gondrong, dengan beberapa tingkatan kerutan di jidat-nya seperti sedang memfokuskan sesuatu, dengan sangat serius dengan langkah kaki gajah yang menghentakkan lempeng bumi dan berjarak 32 cm antara kaki kanan dan kaki kiri, dengan aura kejahatan dan ketidak-sabaran yang bukan dilihat tapi dirasakan olehku atau mungkin oleh semua anak dengan alis yang tidak tersisir, dengan rapi walaupun sampai sekarang ku tahu..... tidak ada manusia yang pernah menyisir alisnya selain saya yang pernah mencobanya saat masih menginjaki kelas 1 sd. Hey guru, engkau menyuruh kami untuk botak..... tapi kami dapat mengukur panjang rambutmu bahwa itu lebih dari 12 cm. 12 cm bagi kami itu bukan botak.

Hey guru, aku kira kalian semua adalah panutan kami. Apa yang akan kukatakan pada anak2ku kelak untuk menjadikan guru yang baik sebagai panutannya, sedangkan guru saya ini berambut panjang yang menyuruh anak muridnya dengan semena mena merelakan uangnya dan bensinnya untuk pergi ke tukang cukur. Merelakan uang untuk sesuatu yang kami tidak inginkan dan terpaksa menginginkanya walau memang tidak mengiginkannya. Hey guru, ketahuilah...... tidak pernah tercantum syarat masuk ITB, UI, dan UGM dengan rambut botak. Hey guru, percaya daku..... orang botak juga ada yang tinggal kelas, suka bolos, nakal, durhaka, dan masuk neraka. Dan hey guru, yang terakhir...... apakah engkau baru bisa tersenyum, saat melihat kepala kami bisa memantulkan sinar matahari?