12 Januari 2022

Saya dan Mimpi

kau tahu rasanya merasa tidak pantas

tidak pantas untuk pilihanmu sendiri

kau punya keinginan dan kau merasa tidak pantas

tapi kau begitu menginginkannya, sangat

tapi.. kau merasa tidak pantas, sangat

kontradiksi yang menyebalkan dan merepotkan

yang menggalaukan, yang membuat.. sedih

bisakah aku kembali ke masa lalu

menampar diriku sendiri dan mengarahkan diri kecilku yang begitu bodoh dan naif

yang begitu zalim


orang bilang, masa lalu itu mengandung pelajaran dan tidak semua orang beruntung berkesempatan mendapatkannya

tapi menurutku, aku lebih memilih tidak mendapatkan pelajaran itu

aku tidak ingin jadi orang beruntung itu

bayarannya terlalu mahal

mulai dari perasaan dan pikiranku yang begitu dibuat gersang terlunta-lunta bertahun-tahun

dan juga orang lain yang jadi terzalimi

ya Allah, begitu bodohnya diriku

raga berdiri di masa sekarang tapi pikiran tak henti2 ditarik melihat ke belakang


orang-orang yang telah kusakiti itu.. sering muncul di alam sadar dan bawah sadarku

dan lucunya lewat alam bawah sadar yaitu mimpi, lebih sering membuat bulir air dibandingkan alam sadar

ku juga tak tau kenapa mata bisa basah, tapi yang aku tahu kalau aku begitu ingin untuk dimaafkan

oleh mereka

dan juga diriku


sepertinya aku tau kalau aku sudah mendapatkan kata 'dimaafkan' itu

dari permintaanku langsung dan dari bantuan temanku

tapi 'perasaan dimaafkan' ini tidak pernah berhasil ada sampai sekarnag hehe

entahlah

entahlah

sudah banyak motivasi yang masuk dari pihak lain, dari teman-teman yang insyaallah bisa kupercaya

tentang bagaimana untuk bisa mempercayai kalau aku memang dimaafkan, kalaupun itu begitu sulit dipercaya

"kalaupun dirimu terus denial, nyatanya kau memang telah dimaafkan" katanya.. dan "kau harus khusnudzon padanya bahwa dia telah berbuat baik, yaitu melapangkan dadanya untuk memaafkanmu"

entahlah

karena.. di dalam dada ini rasanya tetap sempit

tidak pernah kunjung lapang

mungkin sesekali

tapi defaultnya.. seperti tetap begitu sempit


di dalam mimpi, yang berulang-ulang, dengan latar yang berbeda

dia selalu tampil dengan tatapan yang.. tenang.. tapi serius, dan sangat sedikit bicaranya

tak lupa pemeran pembantu, teman-teman masa sekolahku, yang tak banyak berperan

dan aku yang hadir berlagak profesional (?) yang paling banyak bicara di scene, tapi tetap hitungannya sedikit bicara (dibanding aslinya) 

scene dan setingnya selalu berbeda, tapi serupa

berisi tentang suatu kegiatan, dengan interaksi yang sangat minim dan lebih banyak terkaan dalam hati

iya, diriku dalam mimpi pun ternyata berpikir (yang tak lain memang itu diriku sendiri)

tema setingannya selalu tentang interaksi minim yang itupun seperti terpaksa karena kami semua ada dalam suatu kegiatan yang memastikan untuk berinteraksi. Dia yang hanya ada di sana, sibuk sendiri tapi tdk dalam mode 'tidak mempedulikan' dan tetap merespon hal luar, serta diriku yang berusaha profesional, dengan rasa bersalah, dan teman-teman lain yang meramaikan suasana, kadang mengajak bicaraku juga.

di dalam seting tersebut, aku selalu dalam berada di kondisi yang terus menerka "ya Allah, apakah dia sudah betul-betul memaafkanku.." sampai ke level "ya Allah, sepertinya dia sudah memafkanku, ya?" dengan cara melihat caranya merespon terhadap kehadiran dan keterpaksaanku menyapanya dengan muka datar.

tidak pernah ada pertanyaan yang benar-benar terjawab, bahkan lewat mimpi, semua penghujung hanya berakhir di keraguaan dengan level yang berbeda.

entah sudah beberapa kali aku bermimipi, tapi setiap urutan mimpi seperti membingkai progres, di mana yang terakhir adalah yang paling memberi harapan kalau aku 'sepertinya' sudah dimaafkan. 

entahlah, ini hanya mimpi, tapi.. sedikit jadi pelipur lara

walau kadang dari sudut pandang lain, aku merasa seperti orang gila

karena aku sadar itu hanya mimpi.

mimpi yang entah dari diriku sendiri, setan atau Allah

aku juga masih bingung dengan kategori mimpi ini

aku seperti ingin percaya kalau ini pesan dari Allah untuk menghiburku kalau kenyataannya aku memang sudah dimaafkan

tapi itu pikiran yang terlalu egois, karena aku bukan penafsir.


aku begitu egois

mengingankan bahwa kau bisa bahagia di sana

tanpa perlu menganggapku sebagai 'gangguan'

padahal, untuk sekedar menganggapku sebagai 'bukan musuh' aku sudah cukup bersyukur.

tapi...

aku memang egois

sebagai 'penjahat'

yang begitu tidak menginginkannya dianggap jahat.

begitu zolim dan bodoh


aku

hanya bisa berusaha terus meminta pada Penciptamu

akan kelembutan hati untuk anda agar bisa memaafkan orang yang sering lupa minum ini.

walau mungkin ada kemungkinan kalau sudah.


semoga

ada suatu hari

di mana aku bisa betul-betul merasa dimaafkan


hingga tak hanya hilangku yang tak mengganggu

tapi kehadiranku juga



brrrr

drama -_-

#cut


Tidak ada komentar:

Posting Komentar