30 Agustus 2011

Saya Dan Taman Kecil

Anak kecil yang manis, tampak tak ternoda sediktpun oleh dosa2 kecil dan besar yang dibuat oleh dirinya sendiri, dia masih suci layaknya susu cair tanpa rasa atau bisa dibilang yang rasa full cream.

Melangkahkan kaki pendeknya, menghentakkan aspal baru yang memang terlihat sangat hitam di luar rumahnya. Dia melakukan itu, karena memang sedang bosan dirumahnya dan karena memang rumahnya tak berlantaikan aspal. Sungguh indahnya, melihat keharmonisan anak ingusan dengan alamnya yang ditumbuhi bunga2 liar berwarna, walau alam itu lebih kelihatan seperti taman yang punya lapangan kecil.

Si anak itu berlari-lari, menulusuri singkatnya batas taman, bermandikan angin sepoi2 sore yang sejuk, senyum dan tawa mewarnai wajah mulusnya yang terlupakan akan keindahan taman samping rumahnya. Ohh iya, saya lupa... anak itu tidak sendiri, apa arti keindahan bila kau menikmatinya sendiri. Anak itu ditemani langkah2 kaki2 yang lebih pendek, yaitu adiknya, atau mungkin bisa dibilang adik2nya karena dua.. kan lebih dari satu. Selain itu, ada si tokoh utama yang paling penting selain si anak itu.... yaitu, si anak ke-dua. Yahh, sepertinya ada keribetan bila nama tokoh dalam cerita mempunyai nama yang mirip yang dibedakan hanya dengan sebuah nomor. Ya sudah, saya ganti saja nama anak itu dengan 'Mus'af''... ya, tentunya saya tidak semena-mena memberikan nama suci itu ke anak tersebut, karena memang orang tuanya yang duluan kasi nama dan memang begitu namanya.. saya mau ganti nama dia, tapi banyak halangan seperti tak cukup modal buat beli dua kambing. Yahh, tapi itu tak penting karena dia memang tidak pernah tau apa yang saya pikirkan tentang dia maupun dirinya., ataupun jiwanya.

Ya, itu Mus'af yang saya baru diajak sama si anak tersebut untuk main di taman. Ya, itu Mus'af yang keluar rumah dengan langkah berat dan kedua tangan yang menempel di kedua kakinya.. ehh, maksudnya tangannya. Tak lupa pula dihiasi muka masam dan bibir bawah yang lebih keluar daripada bibir atasnya, ujung kedua alis yang merendah kebawah sehingga memacu kelopak mata atasnya untuk menutupi setengah matanya. Yahh, hari itu si Mus'af sangat jelek, jelek sekali, ya jelek sekali karena tidak seperti biasa. Tidak seperti biasa seperti kemarin dan kemarin dan kemarinnya lagi dan terus kemarin seterusnya saat diajak keluar rumah atau memang sudah keluar dari rumahnya. Saya sedang membicarakan mimik wajahnya, gesturnya, nada bicaranya.

Hey, ini saatnya bermain di taman main kejar2an layaknya film india atau main sembunyi2 layaknya film horror. Oalah, wajahnya malah meringis kesakitan. Si anak memang belum sempat bertanya, karena memang sudah dibikin bingung duluan sama ekspresi muka pertamanya ketika baru keluar dari pagar rumahnya, ketika dia melewati batas antara home sweet home dan dunia luar yang dipenuhi akan tantangan dan bahaya yang tak terduga. Yahh, si anak sampai sekarang pun belum tau ada apa gerangan, apa yang membuat wajahnya seperti itu, apakah kemarin dia habis operasi plastik.. yahh saya juga tidak tahu. Dua adik si anak tersebut yang juga ternyata sudah berwujud di belakang-nya daritadi cuma melongo saja. Yahh, kakak dan adik sama saja bego'nya. Orang kalau begitu ditanya', jangan melongo. Orang melongo masa depannya hanya sudut gelap.

Nah, tiba2 ada mba2' seperti pengantar wahyu yang akan menjawab semua pertanyaan mereka, ya mereka yang punya pertanyaan yang sama mungkin. Kata mba' nya, si mus'af tadi waktu perutnya digosokin minyak tawon, gak sengaja tiba2 minyaknya ketelan alias terminum. Ya, dia minum minyak, minyak tawon, yang tadi dipake' gosokin perutnya, yang malah tambah bikin mereka bingung.. kok tadi minyak digosokin ke perut lah tiba2 kebur ke mulutnya. Ya, sepertinya butuh analisis yang lebih mendalam lagi tapi sepertinya juga tak sempat... malas katanya. Ya, sesudah penjelasan... si anak tersebut tak terdorong untuk menanyakan proses masuknya minyak tawon kedalam mulutnya, lebih penting bila dia mengajaknya main saja. Hmm, tapi ekspresi Mus'af menolak... katanya dia sakit perut *ules2perut jadi nda' bisa main. Ya Allah, masa' gara2 minyak kau malah tak bisa main. Ya, si anak tersebut paksa dia, tarik tangan dia, seperti film action yang bagian dikejar penjahat pake' mobil baru kita lari sambil dengan bermodalkan naik kaki lari sepenuh hati sambil narik2 teman seperjuangan kita yang udah teler alias kecapean. Tapi bedanya, di cerita ini tidak ada mobil. Kayaknya kebanyakan becak, mungkin juga kalo memang dikejar betulan sama becak akan terlihat lebih menegangkan (saya tak bilang kalo kelindes).

Ya, si anak tersebut tarik si Mus'af ke lapangan. Akhirnya sampai, yahh memang tak jauh2 amat dari rumahnya Mus'af karena rumahnya berada di depan samping kanan rumah anak tersebut.Jadi, inilah mereka di tengah taman yang berpetualang. Lebay sepertinya, padahal kerjanya main bulu tangkis atau petik2 buah kecil nda' jelas dari pohon yang nda' jelas juga'. Tapi, apa peduli dengan ketidak jelasan, inilah yang disebut anak kecil, hal yang kecil menjadi lebih menyenangkan, memikirkan hidup dengan tingkat keterbatasan ilmu yang tak cukup banyak namun memandang hidup dengan pola pikiran yang lebih luas dari samudera sekalipun.

Semua terlihat jadi menyenagkan dan terus lebih menyenangkan. Main petak umpet, kejar-kejaran, power ranger power rangeran, meneliti tai cicak kenapa bisa hitam putih, tidur2an bersama diatas hamparan rumput nan subur, atau sekedar bercerita diatas kecilnya kursi yang membuat mereka berpindah tempat untuk bercerita di atas rumput saja. Ya, hari anak itu menyenangkan. Apa peduli dengan minyak tawonmu, yang penting sekarang kau sudah tersenyum, dan bahkan kau sudah tertawa, menertawakan, dan ditertawakan berkali-kali. Mereka tak perlu banyak pikiran untuk menanyakan kembali apakah si mus'af masih sakit perutnya atau tidak.  Mereka anak2, lupa segalanya bila ditetesi kemanisan bersenang-senang dengan bebas, lupa segalanya bila menikmati hal terkecil apapun dengan bersama-sama, lupa segalanya bila obrolan jadi jalur khayalan yang tak ada putus2nya, lupa segalanya bila mereka masih anak2. Dan, semua punya batas... Allah menakdirkan matahari terbenam di barat, arah barat yang sungguh beruntung untuk mereka karena tertangkap sudut pandang mereka masing2, yang membuat mereka melihat matahari nan ramah turun dan lenyap perlahan-lahan sampai akhirnya kehangatannya akan kau rindukan dan lupakan sampai nanti kau membuka matamu sehabis tidur esok hari. Itulah sunset, matahari terbenam, bola bercahaya yang mereka percaya sebagai pembatas kebahagiaan mereka yang tak akan berujung. Yang membawa mereka beranjak pulang karena katanya kalau maghrib2 itu banyak setan berkeliarannya. Mereka yang pikirannya terlalu sempit atau terlalu luas dengan otomatis membayangkan wajah2 seram sebagai artian bahwa setan memang selalu seperti itu, selalu seram2.

Bila masih ingat, apakah mereka sempat berterima kasih... ya, bilang makasih sama Allah. Sama Allah yang kasih kalian pembatas kebahagiaan dengan menggunakan keindahan pula. Ya, keindahan dari matahari terbenam, yang membuat warna awan terlihat lebih syahdu diiringi langit yang ke-oranye oranyean. Indah semua indah, sampai beranjak kaki dan masuk rumah pun mereka selalu berfikir besok dan besok dan besok dan seterusnya akan selalu seperti ini. Ya memang mereka masih anak2, yang selalu malas bangun bila mau pergi sekolah, yang bangun subuh bila hari minggu, yang shalatnya masih bolong2, yang gampang dihipnotis dengan benda mati yang namanya mainan, yang berfikir semua selalu akan baik2 saja, yang belum tahu betul apa itu arti keindahan yang abadi sepenuhnya, yang belum tahu kalau 'pertumbuhan' akan mengiringimu sendiri menuju jalan yang tentu pula harus kau tempuh sendiri. Hahh, siapa yang peduli dengan perpisahan, kedewasaan dan sebagainya. Itulah yang membuat mereka mungkin masih bisa tersenyum selagi tidur, yakin saat membuka mata akan ada selalu jalan terang penuh tawa kebersamaan yang menyelimuti. Hahhaha, indahnya jadi anak2, indahnya mengingat masa lalu, indahnya bila tahu sekarang bahwa anak itu adalah saya.

Saya tak tahu sekarang apakah kau malah jadi penjual minyak tawon sekarang, Mus'af... atau mungkin takkan pernah mau pake lagi itu minyak yang pernah mengisi lambungmu. Memang kau teman dekat rumah yang aneh, hahha.

Yahh walau sampai sekarang saya tak tahu kau ada dimana sekarang dan seperti apa kau sekarang, apakah masih ingat saya dan adik2ku, atau mungkin kau sudah punya adik sama seperti saya... tak tunggal seperti yang dulu. Hohho, semoga sampai berkumis pun kita punya kesempatan main2 di taman sama adik2 yo'. Salam sejahtera untuk kau Mus'af yang ada di manapun.

Bekasi 2001

13 Agustus 2011

Saya Dan Ini Itu

"dehh, hebatnya", kesan saya waktu liat itu manusia bisa ini dan itu. Ya, 'ini dan itu' dalam arti sesuatu yang tidak bisa saya lakukan.

"Mereka Hebat, bisa ini dan itu.. saya juga mau", ambisi saya sesudah melihat mereka melantunkan bakat dan keahlian yang merupakan anugerah Allah SWT terhadap mereka. Mereka membuat saya berambisi pada hal yang sebenarnya malas untuk saya lakukan tapi jadi sangat menarik saat sesudah mereka memperlakukannya kepada hal yang saya malasi tersebut.

Seperti itu siapa saya juga lupa siapa dia dan namannya, yang penting dia bisa putar itu kepalanya kebelakang. Itu hebat, memutar kepala 180 derajat itu bukan hal yang gampang, dan sepertinya memang itu tidak gampang juga buat saya, kan saya butuh uang. Lahh, kenapa butuh uang??? iyalah butuh uang, kan klo berhasil putar kepala walaupun cuma sampai 173 derajat, pasti bunyinya sudah kentara "krekk" dan air liur mengalir syahdu dari sisi samping bibir saya, mata melotot, badan kejang2, sesudah diperiksa ternyata patah tulang leher. Sepertinya membayangkan hal itu jelek sekali, khayalan saya memang kembali bekerja tadinya.

Hmm, sepertinya memang harus mempraktekkan keahlian orang lain yang lebih mudah sepertinya. Saya merenung kemudian, merenung, merenung, merenung, merenung, merenung, merenung... sampai akhirnya saya tahu kalau saya tadi cuma melamun. Kenapa melamun??? ya karena bosan, memikirkan hal2 tersebut yang sebenarnya malah tambah bikin saya putus asa. Lahh, kenapa juga bikin putus asa??? karena setelah berambisi pada itu semua, endingnya dimana saya tidak yakin bisa melakukannya. Hahha, jadi semua ambisi itu sama dengan sia2. Sebenarnya tak ada yang sia2, dan yang sia2 itu adalah saat kau tak berbuat apa2. Lahh, intinya apa... saya juga pusing. Lebih baik berfikir sederhana untuk hal yang rumit, dan berfikir rumit untuk hal yang sederhana.

Setelah merangkum semua itu, saya terdorong untuk bertanya. "percayakah kau pada dirimu sendiri?" Dan, itu pertanyaan yang kebetulan cuma bisa kutujukan untuk diriku, ya karena tak ada orang selain saya waktu saya memikirkan hal ini. Hmm, saya belum jawab... sepertinya masih malas. Malas seperti ini juga saya pikirkan daritadi seperti menghalangi saya berbuat dan berpikir apapun. Wahai khayalanku, dimanakah dirimu, muncullah engkau, supaya saya tidak bosan... tapi sepertinya dia juga malas, melayani tuannya yang malas memunculkannya, membuatnya muncul, dan menghibur dirinya sendiri.

Tak lepas dari itu, Air Conditioner yang sudah saya setel jadi 18 derajat celcius dengan status cool high apalah segala macam tertera di layar remote itu, ya... yang membuat saya merasa nyaman dan ingin terlelap. Sebelum terlelap, saya cuma mau bicara sedikit. Ya, cuma sedikit menurutku karena jumlah kata2 di KBBI tidak sungguh sepadan dengan apa yang saya ingin ceritakan atau mungkin lebih bisa dibilang.... apa yahh, nda' tau juga karena saya lagi lupa lupanya, dan apakah saya harus mulai bertanya, mulai dari sekarang.

Sebelum tidur ini, saya berfikir pada yang saya ambisikan dan kemudian menyerah begitu saja. Sebenarnya bukan menyerah, tapi sadar. Sadar lah, karena itu bukan bakat saya. Kalian tentu tahu bakat kalian masing, dan kalau sudah tahu... kenapa harus memakai waktu yang bisa kalian pakai untuk mengasah bakat kalian sendiri untuk bakat orang lain yang sudah engkau yakini itu tidak perlu dan itu bukan bakatmu.

Hahha, sepertinya alasan mendasar saya adalah malas. Kadang malas membuat saya berfikir lebih tenang untuk kondisi yang tidak bisa ditenangkan. Yahh, walau saya tahu itu cara belakaku membela diri agar saya yang betul2 pemalas ini punya alasan kenapa dengan pedenya mengaku malas berkali kali.

Kembali ke bakatmu, itulah milikmu dari lahir, hargailah pemberian Allah kalau begitu, tak usah terlalu terpaku pada bidang yang membuatmu merasa frustasi. Dunia ini bulat, tapi hidup itu datar dan terus menerus lurus kedepan sampai saya dan kalian mendapatkan pintu kebahagiaannya masing2.

Dan "hoaaaaaaaa", nah... itu bunyi ngantuk saya, menguap. Sudah mau tidur ini, tapi sebelum itu saya juga baru ingat apa yang tadi mau dibilang. Masih ingat tidak, yang itu tuh yang saya bingung bahwa saya sebelum tidur tadi ini bukannya saya mau bercerita, tapi saya lupa istilahnya. Nah, sekarang saya sudah ingat.... ternyata saya mau ceramah, dan kesimpulannya tadi itu ceramah saya.

Ohh iya, sudah ngantuk... saya mau tidur, Wabillahitaufik walhidayah, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.