28 Desember 2021

Saya dan Kau

bagaimana kabarmu coy


kutulis tanpa '?'
karena memang aku tak benar2 niat bertanya


itu hanya formalitas, karena mungkin aku hanya ingin menyapamu


tapi


ku tak mau.


karena.... aku punya alasan.. yang kau pun juga (mungkin) tau


eh, kau benar tau kan? kukira kita adalah refleksi dari kesamaan diri, mwehehe


Maksudku, karena yang sudah kita lalui, kita, mungkin tdk bisa utuh seperti dulu lagi.
menyapamu dengan sederhana pun, tetap tdk akan bs jadi sederhana.


mungkin selalu ada pikiran yang akan sibuk menerka-nerka "apa gerangan yang ingin kau bicarakan, apa lagi yang engkau mau, bukannya semua ini sudah selesai, aku harus menanggapimu dengan bagaimana lagi, aku bahkan tdk bs memilih untuk tetap ramah atau pura2 mendatarkan diriku dalam menanggapimu, semuanya terasa serba salah, perasaanku tdk tenang, seperti ada beban dalam hatiku, aku ingin kau tetap ada di sini.. tapi aku juga ingin kau pergi tanpa aku perlu mengusirmu- karena aku merasa aku tak akan pernah kuat untuk melakukannya.
Aku.. senang kau ada di sini.. tapi, aku tak tenang karena sepertinya Allah tdk ridho, dan aku tau kau juga berfikir begitu kan? kita bergelut dengan dorongan kita masing2 kan?"


-


Aku punya list2 perbuatan yang bisa kulakukan agar semua perasaan mengganggu ini bisa selesai,
tapi.. aku masih belum sanggup mengamalkannya.
aku berdoa kepada Allah supaya Allah mau membantuku mengurusi permasalahan perasaan ini, atau aku ingin oper ke Allah saja semua. Aku ingin terima jadi. karena memikirkannya saja sdh jadi beban tersendiri untukku


-


we
kau juga pasti sangat kesulitan juga ya di sana?


ya, kali ini aku pakai '?', karena aku betul2 penasaran.. dan khawatir
mungkin kau juga sibuk bertarung dengan pikiran sendiri, dengan godaan syaiton laknatullah dan semua faktor2 luar lainnya.


maaf ya, aku pun betul2 merasa sulit di sini.
level kecerdasanku pun tunggang langgang dibuat sibuk.


lucunya, aku merasa sangat butuh bantuanmu, kau, yang justru hal itu sendiri, alasanku memerlukan bantuan.
ketenangan dan kelembutanmu menyusun kata-kata menjadi susunan kalimat lagi, yg tersuarakan pelan, selalu jadi hawa hangat untuk otakku yang acap kali berfikir sederhana untuk sesuatu yang rumit, berfikir rumit untuk sesuatu yang sederhana.
perkataanmu sering kali efektif meredakan gear2 rumit dalam otakku yang sebelumnya terus berputar bergesekan.
Setidaknya, selama bertahun-tahun ini, itulah kau, yang tergambarkan di kepalaku


aku haus akan nasehat pelanmu, perlahanmu, yang tdk terburu-buru. caramu memikirkan masalahku seolah itu masalahmu,
aku rindu empatimu... aku ingin diempatikan lagi.


kau tau, caramu mendengarkan dan memberi nasehat memang tdk akan langsung menyelesaikan masalahku, tapi itu sudah menyembuhkan perasaanku lebih dulu, yang justru kadang memang perasaanku lah masalah terbesarnya.


aku tau kau punya sifat menonjol yang banyak.
kau pintar, cerdas, bijak, punya selera humor yang kocak tapi sopan.. (?).
Tapi.. entah kenapa ketenangan, kelembutan dan kerendahan hatimu selalu tampil unggul paling depan, membuatku lupa sifat2mu yg lain,
yg tak kalah superior.


wah kau tak perlu besar kepala ya, aku hanya sedang mendiktekan daftar2 kelebihanmu sebagai manusia yang diciptakan Allah, kelebihanmu juga itu dari Allah, dan kelebihanmu dalam memanfaatkannya juga itu dari Allah. ya yang penting kau pandai2 bersyukur saja.
Mungkin manusia lain dengan sifat sepertimu banyak
hanya saja entah kenapa, 20an tahun hidupku ini, Allah hanya mempertemukanku dengan contoh sosokmu seorang, dengan kombinasi sifat2 itu.
kenapa cuma kau ya, dan harus kau
dan kenapa kau harus bertemu org sepertiku, seperti saya ini
hikmah apa kira-kira dibalik pertemuan kita ini


kepekaanmu
intuisimu
kepura-puraanmu agar org lain tak khawatir
kebiasaan mengalahmu agar orang lain senang
'kemunafikan'mu untuk membantu agar semuanya tampak baik2 saja


aku bingung, skill2 itu, kepiawaianmu, knp pula harus berkolaborasi dengan punyaku (dengan geernya), yang sampai membuat aku yang dulu hanya bisa diam saja karena terlalu canggung untuk menyuarakan dan membahasakan hal itu. Kau punya hal-hal yang sangat relate dengan kecenderungan batinku sampai aku bingung knp kau begitu rakus mengambil semua celah untuk membuatku heran... sekaligus kagum- setidaknya sebagai teman baikmu pada saat itu. aku heran kenapa ada manusia sepertimu?????!!!!
keintrovertanku yang mendarah daging bahkan sampai tidak sadar bahwa berbicara denganmu justru menambah battery health-ku, sampai membuatku lupa bahwa di kamar sendirian dengan lampu mati sambil internetan dengan laptop itu adalah tempat ngecas-ku dari dulu, dari smp.


aku jadi ingat masa dulu, di mana kita sibuk berkomunikasi dan mencoba saling mengerti satu sama lain hanya lewat intuisi egois, positive thinking berbalut khusnudzon, kepekaan yang saling collab, chemistry yang mengalir berdampingan (?), minat2 dan kecenderungan yang bercermin, sampai akhirnya terjadi percakapan nyambung yang sama sekali tdk membahas hal2 tersebut wgwg, seolah sepakat bahasa hati punya pembahasan tersendiri, dan bahasa lisan yang punya ceritanya sendiri juga, yang tidak perlu saling mengurus campur.
Kita hanya fokus menerka dan berharap dengan egois pesan indera ke-6 kita sampai, berharap kau mengerti apa yang sebenarnya ada di kepalaku walaupun badanku bergerak yang lain, dan kau juga sering tampak seperti itu, alhamdulillah dengan terus menggandeng khusnudzon antar satu sama lain. kalau dibahasakan bgni, dulu kyk repot kali ya, entah kenapa secara alami terbentuk sistem itu, tapi hal2 alami memang sering terjadi di masa kecil krn kepolosan bersanding dengan 'sok pintar' dan selalu berhasil meninggalkan kesan yg dalam wgwg.


-


maaf bre, ku sempat egois, ku terlalu fokus pada ke-ling-lung-an perasaanku sendiri.. sampai aku lupa bahwa kau juga setengah mati di sana.
aku sibuk berkelahi dengan pikiranku sendiri, seolah kau tidak ditimpa hal yang sama.


Setelah sekian hari bergulir, aku tau aku semakin membaik, karena nasehat orang tuaku, teman-temanku
dan juga kau.


Perasaan sedih mau tidak mau mereda juga, entah karena 'waktu', atau karena 'terbiasa'- faktor-faktor yang sering disebut orang pada umumnya. Ya mungkin juga karena doa-doamu yang sering kau sembunyikan itu wgwg.


Tentu aku berharap, kau juga semakin membaik, karena itu juga sangat membantu membuatku membaik.
entah membaik dalam arti apa, tapi mungkin seperti kau bisa maju tanpa merasa terbebani lagi, bisa lebih fokus ibadah lagi, dan bisa seperti sedia kala.


-


hmmm... kau tau kan aku hobi membacot dan ketikan ini bisa jadi novel (aku yakin) tapi memang aku bukan org dgn jadwal kosong seperti smp/sma dlu. Aku tulis ini di tengah2 waktu lowongku dgn perasaan acakadut semi datar yg nda jelas sebenarnya mau tulis dengan pendalaman hati sedalam apa.
aku mengetik ini lebih dengan apa adanya, tdk menunggu mood, tdk menunggu euforia, tdk menunggu tempat terbaik, tapi memang sedang menemukan kesempatan untuk mengetik, minimal melatih skill menulisku lagi, atau mmg menancapkan hal yang bisa aku baca di masa2 nanti. entah apa guna kujelaskan latar belakangnya, tpi kan memang selalu menarik menjelaskan hal2 detail pada orang macam kau.


ya intinya, sepertinya tulisan ini belum aku mau selesaikan, tpi aku harus pulang dan segera berhenti mengetik.


entah juga apakah jadi akan kulanjut, atau mungkin akan kukembalikan di draft saja, seperti tulisan2ku yang lain.


hhhh.... kenapa ya, aku sangat berharap kau tdk akan pernah menemukan tulisan ini. aku cukup optimis krn nama blogku sudah kusembunyikan dari kapan tahun, dgn track record yang tdk pernah update.
aku ingin sekali menulis di twitter, tpi tdk mungkin krn justru di situlah tempat orang yang kuhindari (orang syiapaaa yaaahhh)


so


yah


semoga Allah selalu menjagamu dan keluargamu


tetap berjuang dengan kolaborasi logika dan perasaanmu seperti biasa. jangan terlalu baper dan tahan dari terlalu menyuarakan, seperti kau yang biasanya.
iya, kau lebih baik dariku (ku byk belajar darimu)


salam weight lifting


*emotgorilla